Ciamis – Sejumlah warga di wilayah Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, dikabarkan tertipu oleh aplikasi investasi bernama FGS Global. Hal itu diketahui dari akun media sosial TikTok @tu**duh yang melaporkan kejadian itu dengan menandai akun @gerindra.
Dilihat detikJabar, Jumat (8/11/2024) pagi, video itu sudah ditonton oleh 317,6 K pengguna TikTok dengan 1.077 komentar. Dalam video itu, seorang admin mengaku, bernama Dian Herdiansyah akan melaporkan di desanya sedang ada kasus.
Dalam keterangannya, perangkat desa (lurah) promosi soal aplikasi yang bernama FGS Global. Aplikasi itu bisa untuk tambahan pemasukan untuk warga. Namun setelah warga bergabung, aplikasinya terblokir dan warga kehilangan uang. Namun sayangnya tidak ada bentuk tanggung jawab dari lurah dan perangkat desa sampai saat ini.
“@gerindra Min saya Dian Herdiansyah mau lapor di desa saya Desa Cipaku, Kec. Cipaku, Kab. Ciamis sedang ada kasus. Perangkat desa (Lurah) promosi soal aplikasi yang bernama FGS GLOBAL Yang katanya bisa untuk tambahan pemasukan bagi warganya, tapi setelah para warga bergabung aplikasinya terblokir dan warga kehilangan uangnya, sayangnya tidak ada bentuk tanggung jawab dari lurah dan perangkat desa sampai saat ini,” tulis admin akun @tuneduh.
Dijelaskan juga, 90 persen perangkat desa ikut gabung ke dalam FGS tersebut. Bahkan balai desa sempat dijadikan tempat pertemuan anggota FGS Global. Hingga saat ini warga yang menjadi korban tidak berani berbicara karena merasa kebingungan dan tidak berani.
“yang mirisnya, 90% perangkat desa ikut bergabung kedalam FGS tersebut dan balai desa sempat dijadikan tempat pertemuan anggota FGS GELOBAL. sampai saat ini warga yang menjadi korban tidak berani speak up karna merasa kebingungan dan tidak berani,” jelas dalam keterangan video itu.
Pengakuan Korban Penipuan Aplikasi Investasi
detikJabar pun kemudian menanyai salah seorang warga Kecamatan Cipaku yang jadi korban penipuan aplikasi investasi tersebut namun enggan disebutkan namanya. Ia mengalami kerugian sekitar Rp 17 juta yang diinvestasikan di aplikasi tersebut.
Korban penipuan awalnya mendengar cerita adanya aplikasi yang dapat menghasilkan cukup menggiurkan. Kemudian ia pun datang ke admin dan mendapat penjelasan bisa mendapat gaji sampai 3 juta apabila ikut level 4 dengan tugas hanya mengunduh sejumlah aplikasi.
“Tugasnya hanya mengunduh aplikasi, kalau saya sampai 40 aplikasi setiap hari. Sekali download itu akan mendapat sekitar Rp 15 ribu. Jadi sehari itu bisa mendapat Rp 600 ribu lebih. Dengan iming-iming itu tentunya saja tertarik,” jelas warga tersebut yang enggan disebutkan namanya, Jumat (8/11/2024).
Ketertarikannya itu juga ditambah dengan promosi aplikasi itu dilakukan di aula kantor desa. Hal itu menimbulkan kepercayaan korban terhadap aplikasi tersebut.
“Kalau level 4 itu harus investasi dulu sekitar Rp 17 juta lebih. Cerita admin saya juga punya 25 anggota, tapi tidak tau benar atau tidaknya. Jadi yang saya percaya katanya sosialisasinya difasilitasi di kantor desa,” ungkapnya.
Setelah menginvestasikan uang Rp 17 juta dari tabungannya, kemudian menjalankan tugas mengunduh aplikasi. Awalnya nominal Rp 600 ribu lebih. bonus tugas itu tercatat dalam aplikasi miliknya. Namun setelah 4 hari ketika akan mencairkan uang tersebut ternyata tidak bisa. Bahkan kini aplikasinya tidak dapat dibuka.
“Setelah itu aplikasi FGS tidak bisa dibuka. Dari 4 hari setelah saya bergabung,” jelasnya.
Ketika mengajukan komplain ke admin, menurut korban, admin pun berdalih juga sama-sama menjadi korban. Ada juga perangkat desa yang kondisinya sama.
“Jawaban admin katanya sama celaka, berdalih itu. Tapi awalnya ceritanya menggiurkan, bahkan bisa beli motor. Dari obrolan itu tentu jadi tertarik,” ungkapnya.
Menurut sepengetahuannya, di wilayah tersebut yang masuk aplikasi FGS Global mencapai 235 orang dengan kerugian nominal berbeda-beda. Dari mulai terkecil Rp 300 ribu-an, hingga belasan juta. Yang itu berasal dari hasil jual perhiasan hingga uang pinjaman bank diinvestasikan ke aplikasi tersebut.
Kapolsek Cipaku Iptu Adharudin membenarkan, adanya sejumlah warga yang diduga tertipu oleh aplikasi investasi. Namun hingga saat ini warga yang jadi korban belum melapor. Meski demikian, pihaknya pun menindaklanjuti kejadian tersebut.
“Iya benar, Kanit sedang melakukan penyelidikan sejak kemarin,” ungkapnya.
Penjelasan Sekretaris Desa
Sementara itu, Sekdes Cipaku Suherli membenarkan, bahwa ia merupakan salah satu ketua tim pengguna aplikasi FGS Global. Ia membawahi 37 anggota yang merupakan warga setempat.
Awalnya ia mengetahui tentang aplikasi FGS Global itu dari warga lain mantan perangkat desa. Untuk penghasilan tambahan, Suherli pun mengikutinya sebagai bisnis sampingan.
Ia pun memulai dengan modal Rp 4,4 juta dengan anggota sekitar 13 orang warga. Menurut Suherli, setiap warga yang didaftarkan itu tidak ditarik uang, melainkan modalnya dari Sekdes langsung. Sampai akhirnya bisa memiliki 37 anggota dengan tujuan menaikan level akunnya.
“Warga itu hanya daftar saja, modalnya dari saya. Jadi tidak ada yang mengalami kerugian. Setiap daftar itu Rp 315 ribu dari saya, bukan dari pribadi warga. Kalau saya kejar target supaya akun saya tumbuh,” ungkapnya.
Setelah memiliki anggota membentuk tim, kegiatan diharuskan ada pertemuan. Sebagai warga, ia kemudian meminjam aula Desa Cipaku. Suherli pun membenarkan turut mempromosikan aplikasi tersebut namun bukan atas nama desa.
“Saya sebagai warga kan boleh berhak meminjam aula desa. Itu juga dilaksanakan hari libur. Tapi saya membantah kalau promosi itu atas nama desa. Jadi tidak ada kaitannya dengan pemerintah desa. Hanya saja memang kebetulan saya sebagai sekretaris desa. Jadi dibedakan antara pekerjaan dan bisnis pribadi,” jelasnya.
Suherli mengaku, sudah mengikuti aplikasi FGS Global sudah tiga bulan lalu. Awalnya berjalan lancar, bahkan ia sempat melakukan beberapa kali penarikan uang sampai total sekitar Rp 12 juta. Uang itu dipakai untuk menambah anggota dan juga keperluan lain.
Namun aplikasi mulai mencurigakan dan terindikasi scam, karena dalam tiga Minggu berturut-turut saldo yang ada diaplikasi tidak dapat ditarik. Mengingat ada saldo dari hasil menyelesaikan misi di aplikasi sebesar Rp 11 juta.
“Jadi tiga Minggu itu saldo tidak bisa ditarik. Alasannya Minggu pertama karena hari batik, lalu Minggu selanjutnya ulang tahun. Sampai akhirnya aplikasi tidak dapat diakses atau tidak bisa dibuka,” tuturnya.
Suherli pun baru pertama kali mengikuti aplikasi semacam ini. Ia pun sempat berpikir aplikasi itu akan begini akhirnya, namun Suherli tetap mencobanya.
Menurut Suherli, dari 37 anggota atau warga yang didaftarkannya tidak ada protes karena mereka tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Bahkan ada yang sudah menarik uang meski jumlahnya sedikit.
Terkait dengan ada riak-riak dari warga yang diduga menjadi korban, pihaknya mendukung untuk mengusut kasus ini. Mengingat Suherli pun termasuk sebagai korban.
“Hayu kalau memang bisa bersama-sama (diusut), seperti ke Kominfo, saya juga sebagai korban,” tegasnya.
Diduga korban yang protes tersebut yang mengalami kerugian itu dari yang lain, bukan yang direkrut olehnya. Menurut Suherli, di wilayahnya ada 4 admin aplikasi tersebut.
Dikutip dari ( Detik.com )