Sukabumi – Proses pencarian dua korban yang hilang akibat bencana tanah longsor di Kabupaten Sukabumi akan dilakukan selama tiga hari ke depan. Kedua korban yang hilang yaitu Eros (80) warga Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud dan Ojang (53) warga Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto usai melaksanakan rapat koordinasi di Pos Komando Utama bencana Kabupaten Sukabumi dan Cianjur yang bertempat di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Minggu (8/12/2024) sore.
“Pertama per hari ini jumlah yang meninggal akibat banjir, tanah longsor dan tanah bergerak itu 12, 10 sudah ditemukan, 2 masih dalam proses pencarian. Dua (korban hilang) ini akan kita cari sampai 3 hari ke depan,” kata Suharyanto kepada awak media.
Dia mengatakan, pencarian tetap akan dilakukan meskipun pihak keluarga sudah mengikhlaskan para korban. Proses pencarian itu pun sebelumnya sudah dilakukan sejak hari pertama hingga masa tanggap darurat berakhir.
“Meskipun pihak keluarga, ahli waris ini sudah ikhlas tetapi sebagai aparat pelayan masyarakat kita akan cari sampai 1 minggu kali 24 jam. Kami mohon doanya untuk dua korban yang belum ditemukan ini bisa ditemukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, di hari keempat penanganan bencana banjir, longsor dan tanah bergerak ini, pihaknya sudah melakukan dua kali rapat koordinasi. Dalam hari keempat ini, kata dia, sudah ada beberapa kemajuan termasuk ditemukannya korban yang tertimbun tanah longsor.
“Dalam hari keempat penanganan tanggap darurat sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Sukabumi, yang telah menetapkan tanggap darurat selama 7 hari, sudah terdapat kemajuan langkah-langkah penanganan darurat yang sudah dicapai baik oleh pemerintah pusat baik BNPB, pemprov, pemkab, TNI/Polri, Basarnas dan relawan lainnya,” ujarnya.
Selain korban meninggal dunia dan hilang, pihaknya juga mencatat pengungsi per hari ini tercatat kurang lebih 3.156 KK. Para pengungsi, kata dia, ada yang terpusat di tenda pengungsian yang sudah didirikan BNPB dan Kemensos, namun ada juga yang mengungsi mandiri ke rumah saudara ataupun tetangga.
“Tentu saja data ini akan bergerak terus sesuai dengan hasil pendataan yang dilakukan di lapangan secara terus-menerus,” tutupnya.
Sekedar informasi, cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Sukabumi selama lima hari terakhir tepatnya pada Rabu (4/12/2024) telah menimbulkan dampak bencana yang signifikan. Mulai dari banjir bandang, tanah longsor hingga tanah bergerak.
Harga BBM Eceran Mendadak Naik
Sementara itu, bencana alam yang melanda Kabupaten Sukabumi memberikan efek domino pada harga jual BBM eceran. Diketahui, beberapa titik bencana sempat terkendala pemasokan bahan bakar minyak (BBM).
Suharyanto mengatakan, akses jalan yang terputus akibat banjir dan longsor sudah dapat menembus seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi. Hal itu pun mempermudah proses distribusi logistik termasuk BBM.
“Meskipun ada beberapa titik yang masih memerlukan kehati-hatian, harus menggunakan roda dua tetapi secara umum jalur transportasi dan logistik ini sudah bisa tembus,” kata Suharyanto.
“BBM yang semula pasokannya terganggu, per hari ini juga sudah jalan lancar. Yang masih diupayakan adalah penerangan atau PLN. Ada beberapa titik di wilayah Kabupaten Sukabumi yang masih dipadamkan terkait dengan keamanan baik keamanan masyarakat maupun keamanan wilayah,” sambungnya.
Lebih lanjut, ada 15 tangki berisi BBM yang didistribusikan ke wilayah terdampak bencana. Namun, kapasitas BBM yang disalurkan berkurang dari yang asalnya 8.000 liter menjadi 5.000 liter.
“Tiga hari ini BBM sudah mulai masuk ke SPBU walaupun dengan kapasitas mengurangi tonase kendaraan dari 8.000 menjadi 5.000 dan seluruh SPBU yang kemarin tidak bisa melayani hari ini bisa melayani,” kata Bupati Sukabumi Marwan Hamami menambahkan.
Marwan juga membenarkan terkait adanya kenaikan harga BBM eceran. Menurutnya, pengecer menggunakan stok BBM lama dan karena akses ke SPBU terbatas sehingga pengecer menjual BBM seharga Rp25 ribu per liter.
“Betul tadi ada informasi-informasi di lapangan karena SPBU pun kehabisan bahan bakar maka orang menjual di kios-kios yang memang stok mereka bukan bahan bakar baru tapi stok (lama) akhirnya yang biasa dijual sesuai paling naik Rp1.000-Rp2.000 paling sekarang naik jadi Rp25 ribu,” ujarnya.
“Jadi itu menjadi kendala tapi insyaallah dua hari ini semua SPBU sudah melayani, barangkali yang belum bisa dipenuhi secara utuh adalah untuk bahan bakar solar tambak udang dan juga industri yang memanfaatkan genset,” sambungnya.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi juga berkoordinasi dengan Polres Sukabumi terkait penjualan BBM eceran. Pasalnya, kata dia, beberapa warga terdampak bencana masih kesulitan mengakses BBM di SPBU sehingga penjualan BBM eceran diperbolehkan namun dengan pengawasan APH.
“Secara aturan, Pertamina tidak memperbolehkan tapi saya kemarin berkoordinasi dengan Pak Kapolres untuk bisa memberikan ruang pengambilan bahan bakar. Hari ini tempat-tempat yang memang sulit untuk menuju SPBU nanti kita koordinasi dengan Kapolres untuk mereka diperbolehkan dengan izin dari Kapolsek atau Danramil untuk membeli di SPBU dengan keterbatasan wilayah saja agar tidak sampai nanti di atas angka Rp17.500 di pertalite itu dengan biaya ongkos yang dimungkinkan,” jelasnya.
Marwan juga mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pertamina agar distribusi BBM terus dilakukan di wilayah Kabupaten Sukabumi. Harapannya, harga BBM eceran tidak akan melambung tinggi di tengah kondisi bencana.