Garut – Program bank sampah, baik yang dikelola swasta maupun pemerintah memang sudah ada di mana-mana. Tapi di Garut, ada yang berbeda. Kelompok ini menjadi spesialis pemberangus sampah di acara-acara besar.
Hal tersebut dilakukan oleh sekelompok pemuda, yang tergabung di komunitas Bank Sampah Amal Hakiki, Garut. Seperti namanya, komunitas yang digerakkan oleh mayoritas mahasiswa sebagai anggotanya itu bergerak di bidang kebersihan dan lingkungan hidup.
Zidan Rafsanjani Zein (24) dari Bank Sampah Amal Hakiki bercerita, jika komunitas konsen bergerak di bidang kebersihan ini tercipta sejak tahun 2022 silam. Ceritanya, saat itu para mahasiswa getol turun ke masyarakat untuk mengedukasi masalah sampah.
“Tapi ternyata, faktanya di lapangan, masih banyak masyarakat yang masih bingung cara memilah sampah. Banyak juga masyarakat yang masih membakar sampah dan buang sampah ke sungai,” kata Zidan Minggu, (15/12/2024).
Zidan menjelaskan, dari situ, dia dan sekelompok mahasiswa lain kemudian tergerak untuk mendirikan bank sampah. Desa Ciburuy di Kecamatan Bayongbong, Garut, kemudian dipilih sebagai tempat pendirian bank sampah garapan mereka.
Bukan tanpa alasan, Desa Ciburuy diketahui merupakan salah satu desa yang masih belum tersentuh truk angkutan sampah dari pemerintah. Secara kultur, di sana juga masih banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan.
Zidan dan kawan-kawannya yang dibina oleh Rumah Amal Salman ini, kemudian istiqomah mengajak masyarakat setempat untuk membersihkan lingkungan, hingga menyulap sampah menjadi berkah dengan menjual sampah-sampah organik ke Bank Sampah Amal Hakiki.
Hasilnya, per bulan, Zidan dan kawan-kawan bisa mengangkut 1,3 ton sampah organik dari masyarakat. Sebab, selain masyarakat di kawasan Ciburuy, kawan-kawan Zidan juga siap jemput bola ke rumah-rumah warga di daerah lain.
“Layanan jemput sampah ada di Kecamatan Bayongbong, Samarang, Garut Kota, Cigedug, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Karangpawitan, dan Cilawu,” katanya.
Saat ini, Zidan dan kawan-kawannya sudah memberdayakan 9 orang warga lokal untuk ikut membantu pergerakannya memberangus sampah. Tak cuma-cuma, kesembilan warga itu bahkan mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan sampah.
“Nominalnya, per bulan itu bervariatif. Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1,5 juta. Ini manfaat langsung yang bisa dirasakan lewat tabungan sampah,” katanya.
Zidan menambahkan, di umur yang kedua ini, komunitasnya kini merambah beragam sumber sampah lain untuk dijangkau. Salah satunya, adalah terjun langsung di event-event besar di Garut.
Seperti yang dilakukan Zidan dan rekan-rekannya, hari minggu pagi ini. Mereka turun tangan ikut menjaga kebersihan dalam event lari yang digelar komunitas swasta di Garut.
“Kalau di event seperti ini, kita biasanya dapat puluhan kilogram sampah. Tentunya sangat lumayan untuk mengurangi volume sampah,” ucap Zidan.
Meskipun saat ini Bank Sampah Amal Hakiki masih menjual mayoritas sampah ‘sitaannya’ ke rumah daur ulang, tapi beberapa bisa mereka olah menjadi barang yang bernilai. Mulai dari cover botol minum, hingga nampan air dari botol air mineral.