Bandung – Berbagai bencana alam terjadi selama tahun 2024 di Jawa Barat, mulai dari gempa bumi yang menerjang Kabupaten Sumedang di malam pergantian tahun 2024, hingga bencana dahsyat yang menerjang Kabupaten Sukabumi hingga menimbulkan banyak korban jiwa di akhir tahun.
Berikut rangkuman kejadian bencana yang sempat menghebohkan Jawa Barat di Tahun 2024:
Sumedang Diguncang Gempa 4,8 M di Malam Tahun Baru 2024
Pergantian tahun 2023 menuju 2024 menjadi momen mencekam bagi warga Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Warga yang malam itu akan merayakan malam tahun baru dengan secara sukacita, berubah jadi duka, di mana gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,8 menerjang wilayah tersebut. Getaran gempa itu dirasakan warga, tidak hanya sekali, getaran gempa terjadi beberapa kali hingga warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Agus (55) salah satunya. Ia mengaku kaget oleh guncangan gempa ketiga yang dirasakannya. Pada waktu kejadian Agus sedang bersantai di kamarnya. “Gempa lebih terasa bahkan lampu dan gorden terlihat bergoyang. Kaget banget, tadi sedang tidur-tiduran tiba-tiba ada guncangan.
Hal serupa juga dirasakan warga lainnya, yakni Anisa (35). Ia yang saat itu tengah menidurkan anaknya di kamar tidur seketika langsung beranjak ke luar rumah usai merasakan ada guncangan. “Kaget banget, gempanya soalnya terasa banget, saya lagi ngelonin anak tiba-tiba ada guncangan, saya pun langsung boyong ketiga anak saya takutnya gempanya lama,” paparnya.
Getaran gempa bumi itu juga membuat ratusan pasien yang dirawat di RSUD Sumedang juga turut berhamburan. Pada waktu kejadian ada 331 pasien RSUD Sumedang harus dievakuasi, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Akibat kejadian itu juga, ada tiga bangunan rumah sakit yang retak meliputi gedung Paviliun, VIP dan Sakura.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan 331 pasien yang dievakuasi terdiri dari 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IDG dievakuasi ke halaman gedung dan lima tenda yang ditempatkan di jalan raya.
Tak hanya itu, dampak kerusakan akibat gempa berdampak pada dinding Cisumdawu twin tunnel yang alami retak, lalu jumlah rumah rusak akibat gempa tercatat 1.004 unit. Rumah-rumah yang rusak berada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Cimalaka.
Sementara itu Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman menegaskan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa gempa yang mengguncang Sumedang. Namun ada tiga orang yang mengalami luka ringan. “Kami pastikan tidak ada korban jiwa namun ada korban luka ringan sebanyak tiga orang dan kini sudah ditangani petugas,” tegasnya.
Hasil penelusuran BMKG, penyebab gempa di Sumedang dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. Wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasi yang berdekatan dengan beberapa jalur sesar aktif seperti sesar lembang, sesar baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa bumi di Sumedang tergolong gempa bumi dangkal. Hasil analisis menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike slip.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang dipicu aktivitas sesar aktif. Namun, untuk hasil akhir lebih mendalam yang didukung oleh data lapangan. hasil analisis mekanisme menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),” kata Dwikorita.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, tim Badan Geologi menemukan fenomena penting terkait penyebab gempa Sumedang. Menurutnya, sesar baru itu berada di aliran Sungai Cipeles.
“Tim Tanggap Darurat Badan Geologi menemukan segmen patahan/sesar baru, yaitu Patahan Cipeles dengan lokasi tipe di Sungai Cipeles, arah segmen patahan ini barat daya-timur laut relatif ke arah utara. Segmen Patahan Cipeles berada di ujung timur laut Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Diduga segmen patahan ini penyebab gempa bumi yang berpusat di daerah Babakan Hurip, Sumedang Utara,” ujarnya.
Braga Bandung Diterjang Banjir Bandang
Braga dikenal sebagai kawasan wisata yang ramai dikunjungi di Kota Bandung. Di balik keindahan Braga, kawasan ini juga tak luput dari kejadian bencana alam yakni banjir bandang yang terjadi akibat luapan Sungai Cikapundung. Banjir yang tepatnya melanda Gang Apandi, Kamis, 11 Januari 2024 itu, merendam 600 unit rumah warga.
“Dampak 600 unit rumah, RW 8 250 rumah, RW 4 250 rumah, RW 3 dan 7 100 rumah,” kata Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi kepada detikJabar.
Selain 600 unit rumah warga terendam, banjir bandang ini berdampak pada 857 jiwa dari 400 KK. Warga juga mengungsi di tempat-tempat yang aman dan Pemkot Bandung juga mendirikan dapur umum.
Salah satu warga Iyep mengatakan, luapan Sungai Cikapundung sempat merendam rumahnya setinggi satu meter. “Segini nih, sekitar satu meter,” kata Iyep sambil menunjukkan bekas genangan yang masih ada di tembok rumahnya.
Iyep menyebut, kawasan pemukiman yang ada di Braga dan berdiri di bantaran Sungai Cikapundung memang selalu menjadi langganan banjir di kala musim hujan. Namun, menurutnya genangan banjir yang terjadi kali ini lebih parah dari pada sebelum-sebelumnya. “Kalau sekarang sangat mengkhawatirkan,” ujarnya.
Iyep menyebut, luapan Sungai Cikapundung kali ini sangat dahsyat sekali. Bahkan saking besarnya aliran air di sungai, dia dan keluarga langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Dahsyat, kurang lima menit air sudah masuk ke rumah, banjir di sini bukan satu kali tapi tidak sebesar kemarin, karena di atasnya ada yang jebol, kencang banget airnya,” tuturnya.
Kejadian banjir bandang ini disebabkan tanggul Sungai Cikapundung yang jebol. Pj Wali Kota Bandung yang saat itu dijabat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, tanggul tersebut terakhir kali diperbaiki pada 2004. Karena kondisi itu lah, tanggul sudah tidak mampu menampung debit air Sungai Cikapundung yang meluap.
“Tanggul 2004 diperbaiki. Jadi kalau kalau dapat laporan dari warga, tanggul itu sudah overfall, sudah melewati (ambang batas debit aliran Sungai Cikapundung),” ungkapnya.
Pascakejadian itu Pemkot Bandung juba melakukan perbaikan tanggul dan meninggikan struktur dari tanggul itu agar ketika aliran sungai sedang tinggi tidak meluap lagi ke pemukiman warga.
kejadian banjir bandang ini mendapatkan perhatian dari Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung Heri Andreas. Menurutnya, diperlukan sejumlah langkah untuk mengatasi banjir di Kota Bandung. Menurutnya, penanganan banjir mesti dilakukan oleh satu lembaga khusus.
“Pengelolaan volume air yang meningkat saat hujan deras dapat dilakukan dengan infiltrasi (penguatan daya serap) maupun run off (penguatan daya tampung),” kata Andreas.
Andreas mengungkapkan, jika infiltrasi diutamakan sebagai solusi, maka lahan terbuka hijau harus sangat banyak sehingga daya serap air semakin besar. Namun sayangnya kata dia, wilayah di Kota Bandung khususnya bagian utara, yang mestinya menjadi daerah serapan sudah dipenuhi dengan permukiman. Adapun pilihan lainnya, yakni penguatan daya tampung yang dapat dilakukan dengan normalisasi area sungai, naturalisasi, maupun kolam retensi. Tapi hal ini pun memiliki tantangan karena kondisi kota yang sudah padat.
“Realitasnya, apakah daya tampung dapat disiapkan secara maksimal karena di lapangan sudah padat sehingga sulit untuk pelebaran sungai. Kolam retensi pun sulit dilakukan. Akhirnya yang memungkinkan di tanggul setinggi mungkin. Persoalannya, ketika tanggul tersebut jebol bencananya juga luar biasa,” ujarnya.
Longsor Cipondok Subang buat 2 Nyawa Warga Melayang
Oom Komariah (50) dan Dana (30) dinyatakan tewas dalam insiden bencana alam longsor yang menerjang Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Kabupateb Subang, Minggu, 7 Januari 2024. Jasad Oom terlebih dahulu ditemukan, sedangkan jasad Dana, baru ditemukan petugas SAR gabungan dengan posisi tertindih material longsor keesokan harinya.
Dalam kejadian ini, tubuh Oom ditemukan sejauh 12 meter dari lokasi warung kelontongnya mencari nafkah saat longsor menerjang Subang. “Ada sekitar 12 meter ditemukannya dari saung kopi. Memang korban setiap hari berjualan di situ. Apalagi kalau misalkan hari Sabtu atau Minggu udah pasti jualan soalnya rame juga. Kondisi hujan deras jadi diem di warung,” kata Ajat, salah satu rekan korban kepada detikJabar di rumah duka.
Ajat mengisahkan, Oom sempat dicari warga setelah longsor itu menerjang. Jasad Oom baru bisa ditemukan karena setengah tubuhnya tertimbun tanah longsoran. Saat kejadian, menantu dan anak Oom juga sempat terbawa tanah longsor. Tapi keduanya bisa menyelamatkan diri dan terhindar dari marabahaya bencana tersebut. “Mantu sama anaknya juga sempat terseret, cuman Alhamdulillah selamat dua-duanya,” ujarnya.
Setelah jasad Oom yang ditemukan. petugas SAR gabungan kembali tubuh Dana yang tewas tertimbun longsor. Jasad Dana ditemukan dengan posisi tertindih material bencana alam tersebut.
“Pukul 10.20 WIB tim SAR gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi satu korban atas nama Dana. Kami berbela sungkawa korban ditemukan dengan kondisi sudah meninggal dunia,” kata Kepala Basarnas Kantor Bandung Hari Marantika.
Dengan ditemukannya jasad dua korban ini, upaya pencarian pun ditutup dan petugas memfokuskan tahap rehabilitasi serta rekonstruksi di Kampung Cipondok yang terkena bencana longsor.
“Untuk pencarian dinyatakan selesai, karena memang sudah tidak ada laporan lagi kehilangan orang. Kenapa kita segera selesaikan karena agar kita bisa masuk ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, jadi kita sudah berkoordinasi dengan Pemkab Subang operasi SAR dihentikan,” ujar Kalak Harian BPBD Jabar, Dani Ramdan di lokasi kejadian.
Dani menyampaikan, meski operasi SAR dihentikan, petugas pun akan tetap disiagakan di lokasi terjadinya longsor. Rencananya, kata Dani, tahap pemulihan akan dilakukan esok hari. “Tapi kita tim SAR tetap standby jika ada informasi lanjutan yang menyusul, dan mulai besok kita sudah masuk dalam tahap rekon dan memulihkan terutama kondisi penyaluran air terhadap warga,” katanya.
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, meninjau langsung lokasi longsor dan pengungsian untuk memastikan kondisi warga, dalam kejadian ini puluhan warga sempat mengungsi. Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu juga menerjunkan anggota dari Polwan Polres Subang maupun petugas lainnya untuk melakukan trauma healing kepada para pengungsi.
Angin Besar yang Terjang Rancaekek
Jarang terjadi, bencana alam angin tornado terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Rabu, 21 Februari 2024. Akibat kejadian ini ratusan rumah alami kerusakan dan sebagian warga harus mengungsi.
Yati, warga Kampung Pangsor, Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek tak pernah menyangka angin kencang menyapu daerah tersebut. Sebelum angin datang, awalnya doa mendengar suara gemuruh angin. Lalu setelah itu angin tersebut berputar dengan kencang menyapu beberapa rumah.
“Saya lagi mandi, sore jam 16.00 WIB. Terus awalnya cuma dengar suara gemuruh angin dari belakang PT Sonotex. Eh gak taunya angin puting beliung. Pas kita keluar ya udah lah,” kata Yati.
Sementara itu, Lusi (29) salah satu pemilik bengkel di Jalan Garut-Bandung mengatakan, kios miliknya rusak akibat tertimpa pohon dan material bangunan yang berterbangan, akibatnya dia alami kerugian. “Jutaan mah ada, karena harus dibangun dari awal,” kata Lusi
Pada waktu kejadian, posisi pekerja berlindung di dalam kios, meski genting ikut berterbangan dan tembok ambrol, mereka tetap bertahan di dalam kios. Beruntung tak ada korban dalam kejadian ini. “Posisi mekanik di dalam, merangkak semua, kalau di luar nggak tau seperti apa,” ujarnya.
Kapolresta Bandung Kombes Kusworo Wibowo mengatakan, di wilayah Rancaekek terdapat 497 rumah yang rusak dalam bencana tersebut. “Ada 223 rumah yang kategori rusak berat. Kemudian ada 208 rumah yang kategori rusak sedang dan 66 yang rusak ringan,” katanya.
Dalam kejadian itu, BPBD Kabupaten Bandung sempat mendirikan tenda darurat, pasalnya banyak rumah warga yag terdampah dan atapnya rontok disapu angin.
Kasi Darurat Logistik BPBD Kabupaten Bandung Asep Mahmud mengatakan, sejumlah warga alami luka dalam kejadian ini. “Dari hasil asesmen tadi malam itu dari 19 orang, Itu ada yang dirujuk ke RSUD 10 orang dan 9 diantaranya ke puskesmas terdekat,” ujarnya.
Lalu apakah benar angin besar yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Sumedang ini merupakan Tornado?
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap kejadian itu merupakan angin tornado. Hal itu diungkap peneliti BRIN, Erma Yulihastin. Menurutnya dari analisa BRIN terhadap fenomena alam yang melanda perbatasan Bandung dan Sumedang kemarin, bukanlah fenomena angin puting beliung.
“Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso,” kata Erma.
Erma mengungkapkan ada beberapa faktor pembeda antara angin puting beliung dan tornado, salah satunya yakni dari kecepatan angin. Dia menuturkan, tornado memiliki kecepatan rata-rata 65-66 kilometer per jam.
“Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan,” ungkapnya.
Faktor lainnya soal skala radius. Angin tornado memiliki skala radius mencapai 2 kilometer. Kemudian faktor ketiga dan keempat yakni dampak dan durasi. Selama ini kata Erma, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah mempunyai dampak terlalu merusak dengan durasi yang cenderung singkat.
“Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Gak ada yang melampaui durasinya 10 menit,” ujarnya.
Lain dengan BRIN, BMKG menegaskan jika bencana itu belum termasuk kategori tornado. Kepala Kantor Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan, angin puting beliung memiliki kecepatan kurang dari 70 kilometer per jam. Sementara tornado, memiliki kecepatan di atas 70 kilometer per jam. Sedangkan angin yang menerjang Kabuoaten Bandung dan Sumedang itu memiliki kecepatan 36,8 kilometer per jam.
“Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat di AAWS Jatinangor 36.8 Km/jam,” ucap Rahayu.
Rahayu menjelaskan, selain dari parameter kecepatan, parameter luasan dampak juga mencatat bahwa tornado memiliki dampak yang cukup dahsyat. Menurutnya terjangan angin tornado dapat berdampak luas hingga 10 kilometer. “Kalo tornado pasti dampaknya lebih dari 10 km, sedang kemarin saya rasa 3 sampai dengan 5 kilometer dampaknya,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat Indonesia lebih mengenal istilah puting beliung ketimbang tornado. Padahal puting beliung sendiri kata dia juga bisa dikatakan sebagai small tornado. “Puting beliung itu adalah small tornado. Jadi kalAu masyarakat di Indonesia, small tornado sering disebut puting beliung,” tutur Rahayu.
Tol Bocimi Longsor
Bencana longsor terjadi di ruas jalan Tol Bogor-Cianjur-Sukabumi (Bocimi), tepatnya di KM 64 dari arah Jakarta menuju Sukabumi pada Rabu, 3 April 2024. Akibat kejadian ini, polisi memutuskan menutup sementara tol yang digunakan secara fungsional untuk keperluan mudik Lebaran 2024.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Jules Abraham Abast mengatakan, satu unit mobil terperosok ke jurang. Namun menurutnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
“Dari petugas kepolisian yang telah berada di lokasi longsor, memang benar ada 1 unit mobil yang terperosok yaitu kendaraan Xenia yang masuk lubang dan masih dalam penanganan. Namun menurut informasi petugas kepolisian, tidak ada korban jiwa,” tuturnya.
Kapolres Sukabumi yang dijabat AKBP Tony Prasetyo menduga peristiwa itu dipicu intensitas hujan cukup lebat yang terjadi sejak siang hingga malam ini. Ia juga menyebut penutupan Exit Tol Parungkuda dilakukan sesaat setelah kejadian.
“Pada dasarnya tadi sore curah hujan dengan intensitas hujan cukup lebat. Sesaat setelah petugas menerima laporan langsung ditutup dialihkan exit tol ke arah Cigombong,” ujarnya.
Berdasarkan Analisa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, longsor di Tol Bocimi terjadi akibat lokasi tersebut berada di wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang agak curam. Kemudian, terjadi tanah pelapukan cukup tebal dari endapan batuan gunung api.
“Secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai agak curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 465 meter di atas permukaan laut. (Dan) terdapat sungai Ci Leuleuy di sebelah tenggara dari lokasi bencana,” kata Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan.
“Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (A.C. Effendi, dkk, 2011), daerah bencana diperkirakan merupakan batas satuan batuan endapan Batuan Gunungapi Gunung Pangrango (Qvpy) yang merupakan endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit,” tambahnya.
PVMBG juga menyatakan, berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah pada April 2024 di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Ciambar termasuk dalam zona potensi gerakan tanah dengan skala menengah-tinggi.
“Artinya, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) yang dijabat Muhadjir Effendy mengatakan, penanganan pascakejadian longsor sudah dilakukan dengan baik. Mulanya, ia menduga jika jalan tol itu tidak dapat digunakan untuk arus mudik. Namun dia bersyukur jalur B masih dapat difungsionalkan selama musim mudik Lebaran 2024.
“Saya terus terang saja kemarin sudah terlanjur membuat statement karena berdasarkan laporan yang masuk tidak mungkin digunakan. Tapi alhamdulillah kesigapan Menteri PUPR masih bisa digunakan walaupun satu jalur,” kata Muhadjir.
Muhadjir menyebutkan, peristiwa bencana alam longsor itu sangat disayangkan karena bertepatan dengan momen tingginya mobilitas masyarakat. Pihaknya juga meminta maaf kepada masyarakat karena Tol Bocimi Seksi III tidak bisa digunakan maksimal saat mudik Lebaran.
“Kita sayangkan karena ini dibutuhkan mobilitas orang dalam rangka mudik ternyata ada kendala yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu saya memohon maaf kepada para pemudik yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas yang luar biasa ini karena ada peristiwa ini,” ujarnya.
“Alhamdulillah dari Menteri PUPR yang saya perkirakan ini tidak bisa digunakan sama sekali oleh pemudik tetapi ada upaya dari Waskita Karya dan Pemkab untuk membuat pencegahan sedemikian rupa, sehingga masih ada satu jalur yaitu Sukabumi-Jakarta yang masih bisa digunakan untuk dilalui sehinga kemarin kemacetan-kemacetan yang sangat serius di jalur arteri, yang sangat kita khawatirkan bisa terkurangi,” terangnya.
Gempa 6,5 M yang Guncang Garut
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang Kabupaten Garut, pada 27 April 2024 malam. Akibatnya, puluhan rumah warga hingga fasilitas umum mengalami kerusakan. BMKG mencatat, gempa berkekuatan M 6.5 ini berpusat di 151 KM Barat Daya Garut, pada kedalaman 10 kilometer.
Getaran gempa ini juga dirasakan ke wilayah diluar Garut dan juga menimbulkan kerusakan rumah. Dalam kejadian ini, sebanyak 110 rumah dilaporkan rusak akibat guncangan gempa. Rinciannya 3 unit rumah rusak berat (RB), 21 unit rumah rusak sedang (RS), 34 unit rumah rusak ringan (RR), 11 unit rumah terdampak, dan 41 unit rumah rusak.
“Total rumah yang terdampak mencapai 110 unit dari yang sebelumnya hanya 27 unit,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
Kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Garut sebanyak 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi sebanyak 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Tasikmalaya sebanyak 5 unit rumah.
Gempa itu juga merusak sejumlah fasilitas publik, di antaranya tempat ibadah, sekolah, perkantoran, dan sarana kesehatan atau rumah sakit. Sementara itu, korban luka akibat gempa berjumlah 8 orang dan 75 kepala keluarga (KK) terdampak. Jumlah tersebut bertambah dari yang sebelumnya hanya berjumlah 27 KK.
Gempa berkekuatan M 6,2 ini sempat dikaitkan dengan gempa megathrust.BMKG mengungkap gempa di Garut bukan gempa megathrust. Gempa ini dipicu oleh pecahnya batuan dalam lempeng Indo-Australia. Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan bahwa gempa ini bukan gempa megathrust. Gempa ini merupakan intraslab earthquake.
“Gempa selatan Jabar M 6,2 bukan gempa megathrust yang berpusat di bidang kontak antar lempeng, tapi gempa ini dipicu pecahnya batuan dalam lempeng Indo-Australia yang menunjam/tersubduksi ke bawah lempeng Eurasia di selatan Jabar,” kata Daryono.
“Gempa ini populer disebut sebagai intraslab earthquake,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan, gempa intraslab earthquake ini memiliki karakteristik tersendiri. Yakni gempa ini biasanya ‘miskin’ gempa susulan. “Karakteristik batuan slab Lempeng Samudra Indo-Australia yang elastik/ductile menjadi penyebab gempa Jabar M 6,2 ini ‘miskin’ gempa susulan (lack of aftershock),” ujarnya.