Bandung – TomTom Traffic Index 2024 merilis daftar 500 kota termacet di dunia, mencakup 62 negara di enam benua. Dilansir detikNews, dalam laporan tersebut, Kota Bandung menempati posisi ke-12 berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan.
Kota Termacet di dunia ditempati Barranquilla (Kolombia), Kolkata (India), Bengaluru (India), Pune (India), London (Inggris), Kyoto (Jepang), Lima (Peru), Davao City (Filipina), Trujillo (Peru), Dublin (Irlandia), Kumamoto (Jepang), dan Bandung (Indonesia).
Tingginya volume kendaraan, infrastruktur jalan yang belum memadai, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi umum menjadi penyebab utama kemacetan di Kota Bandung. Tidak hanya pada akhir pekan, kemacetan hampir selalu terjadi setiap hari, terutama saat jam sibuk pagi dan sore hari.
Keluhan Warga tentang Kemacetan Kota Bandung
Sutrisno (33), warga Ujungberung, mengungkapkan dirinya sering terjebak kemacetan di beberapa titik seperti Alun-Alun Ujungberung, Sukamiskin, Cikadut, Cicaheum, hingga Gasibu saat hari kerja.
“Titik kemacetannya banyak, dari mulai Alun-alun Ujungberung, Sukamiskin, Cikadut, Cicaheum, Pahlawan, Pusdai sampai Gasib,” katanya kepada, Jumat (10/1/2025).
“Kendaraan pribadi banyak, motor dan mobil, yang berangkat kerja dan sekolah bareng-bareng,” sambungnya soal penyebab kemacetan yang kerap terjadi.
Sutrisno memiliki harapan kepada Wali Kota Bandung dan Wakil Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dan Erwin untuk membenahi kemacetan di Kota Kembang. “Semoga kemacetan bisa berkurang dengan hadirnya Wali Kota baru,” harapnya.
Hal serupa diutarakan oleh Prilatama (32), warga Jatinangor, Kabupaten Sumedang, yang sering terjebak macet di Jalan Soekarno Hatta dan Bunderan Cibiru. “Lampu merah Samsat Kircon, ambil jalur cepat, kalau jalur lambat lama banget bisa 20 menit, stuck-nya itu pas Disnakertrans Jabar,” kata Prilatama kepada detikJabar.
Tak hanya saat berangkat kerja, dia juga kerap terjebak macet saat pulang kerja. “Saya kerap terjebak di Bunderan Cibiru, arah pulang, banyak angkot, elf dan bus yang ngetem, belum lagi dari arah Jalan AH Nasution ke arah Kota Bandung, jadi tidak beraturan,” jelasnya.
Prilatama berharap Underpass Cibiru dan pembangunan flyover lain segera dilakukan untuk mengurai kemacetan yang ada di Jalan Soekarno Hatta yang mengarah ke Cileunyi atau ke arah Kota Bandung.
“Saya ingin pembangunan Underpass Cibiru segera dilakukan juga Flyover Kiaracondong dan Buahbatu juga dibangun untuk mengatasi permasalah kemacetan ini,” harapnya.
Upaya Pemerintah dan Aparat dalam Mengatasi Kemacetan
Kasat Lantas Polrestabes Bandung, AKBP Wahyu Pristha Utama, menjelaskan kemacetan pada hari kerja terutama terjadi pada jam-jam produktif seperti pagi dan sore. Mobilitas tinggi dari penduduk luar Bandung, seperti dari Sumedang, Garut, Cimahi, dan Soreang, turut menyumbang kepadatan lalu lintas.
“Pada weekday, waktu-waktu kemacetan ada di waktu pagi saat orang berangkat bekerja, berangkat ke kantor, ke sekolah sama jam kepulangan, karyawan pabrik hingga perkantoran,” ujarnya, Jumat (10/1/2025).
“Masyarakat yang tinggal di wilayah penyangga Bandung seperti dari Sumedang, Garut, Soreang, Cimahi, memang tinggalnya di luar Kota Bandung dan bekerja di Kota Bandung, otomatis berpengaruh di saat keberangkatan dan kepulangan, pagi dan sore,” jelas Wahyu.
Terkait solusi kemacetan, Wahyu mengatakan Satlantas Polrestabes Bandung bekerjasama dengan dinas terkait yakni Dishub Kota Bandung untuk mengurai kemacetan. “Kita akan berupaya untuk mengurai, upaya-upaya kita bersama dengan instansi terkait, kita akan berkolaborasi dengan baik, kita tidak bisa menangani itu sendiri tanpa dukungan stakeholder lain,” pungkasnya.