Bandung – Masyarakat harus bisa lebih memperhatikan air minum yang dikonsumsi setiap hari. Salah satu hal yang mungkin sering diabaikan adalah bahaya migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon guna ulang polikarbonat (PC) ke dalam air minum.
Proses distribusi yang kurang baik, seperti paparan sinar matahari langsung hingga proses pencucian berulang dapat meningkatkan risiko migrasi BPA ke dalam air minum. Apabila tidak sengaja terminum, dalam jangka panjang ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti kesehatan reproduksi hingga kanker.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Pengurus PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), dr I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS menuturkan sudah ada banyak bukti penelitian yang menunjukkan keterkaitan BPA pada masalah kesehatan reproduksi.
dr Oka menuturkan BPA merupakan zat kimia yang memiliki sifat seperti hormon estrogen. Ketika BPA masuk ke dalam tubuh, keseimbangan hormon dapat terganggu atau kondisi ini juga dikenal dengan istilah estrogen disruptor chemical.
“Jadi otomatis ketidakseimbangan, hormon estrogen ini yang akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, dan salah satunya yang paling terasa yang bisa dianggap adalah gangguan kesehatan reproduksinya. Apa puncaknya? Gangguan kesuburan,” ucapnya saat acara detikcom Leaders Forum.
“Migrasi dari BPA pada bahan-bahan yang mengandung BPA itu yang biasanya diminum, kan jumlahnya biasanya banyak itu yang punya potensi untuk mengakibatkan gangguan kesuburan itu sudah banyak,” lanjutnya lagi.
Selain itu, dr Oka juga menyoroti risiko kanker dari paparan jangka panjang BPA. Ia menuturkan bahwa penelitian yang banyak muncul semakin menunjukkan bahaya dari paparan BPA pada manusia.
Adapun beberapa jenis kanker yang risikonya dapat meningkat meliputi kanker prostat, kanker ovarium, hingga kanker payudara.
“Semakin besar pembuktiannya sekarang bahwa gangguan keganasan, mengakibatkan kanker payudara dan kanker prostat pada laki-laki. Ini bukan lagi zamannya mendebatkan BPA berbahaya atau tidak. Ini sudah high level concern, tinggal kemudian masalahnya adalah seberapa besar dia akhirnya mengakibatkan efek,” ucap dr Oka.
Fakta soal bahaya paparan BPA itu juga diamini oleh perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Ulul Albab, SpOG. Ia menuturkan bahwa risiko masalah fertilitas akibat paparan BPA dapat meningkat 4,2 kali lipat.
“Nah, hati-hati nih kalau misalnya menikah lebih 1 atau 2 tahun, belum punya keturunan, hati-hati laki-lakinya sekalipun yang bagus. Dulu tahunya hanya rokok, tapi sekarang ternyata juga ada faktor yang lain,” tandas dr Ulul.