Breakingnewsbandung.comGAZA | Krisis air yang parah di Jalur Gaza telah mencapai tingkat kritis, dengan hanya satu dari sepuluh warga Palestina saat ini yang dapat mengakses air minum yang aman. Peringatan ini disampaikan oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF) pada Senin (10/3/2025).

Menurut pejabat UNICEF di Gaza, Rosalia Bollen , sekitar 600.000 orang yang sempat mendapatkan kembali akses air sejak November 2024, kini kembali terputus. “Sangat penting bagi ribuan keluarga dan anak-anak untuk memulihkan hubungan ini,” ujar Bollen.

Badan-badan PBB memperkirakan 1,8 juta orang , lebih dari setengahnya adalah anak-anak, sangat membutuhkan bantuan air, sanitasi, dan kebersihan. Situasi ini diperparah oleh blokade bantuan yang diberlakukan Israel sejak hampir sepuluh hari lalu.

Blokade Bantuan Memperburuk Krisis

Komisaris Jenderal UNRWA , Philippe Lazzarini , menyebut situasi saat ini “mirip dengan yang terjadi pada Oktober 2023.” Dia menegaskan bahwa keputusan Israel melarang masuknya bantuan kemanusiaan dan pasokan komersial ke Gaza telah mengancam kehidupan dan kelangsungan hidup warga sipil di wilayah tersebut.

“Warga Gaza hanya memiliki sedikit waktu istirahat dari 16 bulan perang brutal ,” kata Lazzarini. “Perjanjian gencatan senjata telah menunjukkan bahwa kapan pun ada kemauan politik, bantuan kemanusiaan dapat disalurkan tanpa hambatan dan tanpa gangguan.”

Lazzarini menyerukan agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk kembali ke Gaza untuk mempertahankan kemajuan yang telah dicapai selama fase pertama gencatan senjata dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Berakhirnya Fase Pertama Gencatan Senjata

Fase pertama perjanjian gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 , berakhir pada Sabtu (9/3/2025). Setelah itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan, “Masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan.”

Lazzarini juga menyuarakan seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk pembebasan semua sandera secara segera, tanpa syarat, dan bermartabat, serta pembebasan tahanan Palestina sesuai kesepakatan sebelumnya.

Situasi di Tepi Barat

Lazzarini menyoroti situasi di Tepi Barat , yang menurutnya “sangat berdampak pada warga Palestina, terutama di wilayah utara.”

“Beberapa kamp pengungsian telah hampir kosong, menyebabkan sekitar 40.000 Pengungsi Palestina mengungsi,” katanya. Ini merupakan pengungsian warga Palestina terbesar di Tepi Barat sejak tahun 1967 .

Dia menekankan bahwa pembongkaran bangunan dalam skala besar, termasuk kawasan permukiman, semakin memperburuk kondisi. “Orang-orang tidak punya tempat untuk kembali,” tambahnya.

Sejak 21 Januari 2025 , tentara Israel telah melakukan serangan militer intensif di Tepi Barat utara, menewaskan 65 warga Palestina .

Sumber: https://international.sindonews.com/read/1541525/43/90-penduduk-gaza-kekurangan-air-akibat-blokade-baru-israel-1741759388/10

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version