Breakingnewsbandung.com – NEW DELHI | Pakistan, yang selama bertahun-tahun terjebak dalam krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang saling tumpang tindih, kini merasa seperti pemenang setelah menghadapi konflik militer terbesar dengan India dalam lebih dari 50 tahun. Pemerintah Pakistan telah menyatakan kemenangan dalam pertempuran empat hari tersebut, meskipun para analis menilai hasilnya hampir seri. Meski demikian, kemampuan Pakistan untuk bertahan melawan negara tetangga yang jauh lebih kuat telah membangkitkan kepercayaan publik yang baru, meskipun rapuh, terhadap militer dan negara.
Partai-partai politik serta masyarakat umum telah turun ke jalan untuk merayakan kinerja angkatan bersenjata. “Rasanya seperti kita telah memenangkan sesuatu. Kita bukan negara yang gagal,” kata Hafeez Siddiqui, seorang akuntan bank di Karachi, kota terbesar di Pakistan. Ia menambahkan bahwa militer setidaknya telah membuktikan kemampuannya menjalankan tugasnya.
Beberapa pekan lalu, sentimen publik sangat berbeda. Negara yang sudah lelah itu khawatir perang dengan India hanya akan menambah masalah yang semakin besar. Polaritas politik di Pakistan semakin dalam sejak penggulingan Perdana Menteri Imran Khan pada 2022, yang diyakini didukung oleh militer. Legitimasi pemerintah saat ini, yang mengambil alih kekuasaan tahun lalu setelah pemilu yang banyak dianggap dimanipulasi oleh militer, masih dipertanyakan. Situasi ekonomi juga semakin suram, dengan inflasi harga bahan bakar, makanan, dan listrik yang memperburuk penderitaan masyarakat miskin dan kelas menengah. Di sisi lain, tantangan keamanan internal semakin parah karena kelompok militan meningkatkan serangan di wilayah timur laut, sementara pemberontak separatis mengancam kendali negara di barat daya.
Meski begitu, konfrontasi dengan India memberikan kesempatan bagi Pakistan untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestiknya. Krisis antara dua negara bersenjata nuklir itu meletus setelah serangan teroris pada 22 April di wilayah Kashmir yang dikelola India menewaskan 26 warga sipil. India menuduh Pakistan mendalangi serangan tersebut, tuduhan yang dibantah keras oleh Islamabad. Dua minggu kemudian, India meluncurkan serangan militer terhadap Pakistan. Wilayah tersebut sempat berada di ambang perang skala penuh hingga gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat berhasil mengakhiri ketegangan.
Pakistan menyatakan kemenangan dengan mengklaim telah menyerang militer India di lokasi-lokasi sensitif, termasuk menjatuhkan beberapa jet tempur tercanggih musuh. Bagi masyarakat Pakistan, ini adalah momen untuk bersatu di sekitar bendera nasional. Bagi militer, ini adalah peluang untuk memulihkan citranya sebagai pilar penting negara yang dapat diandalkan, setelah sebelumnya dianggap terlibat dalam penindasan politik.
Jenderal Syed Asim Munir, yang memimpin militer sejak beberapa bulan setelah penggulingan Imran Khan, telah bertransformasi menjadi figur sentral dalam narasi ini. Sebelumnya dikenal sebagai sosok yang pendiam dan minim eksposur media, Jenderal Munir kini menjadi “pahlawan nasional” setelah memimpin pasukan selama krisis dengan India. Gambar dirinya tersebar luas di papan reklame dan poster di seluruh negeri, mencerminkan dukungan publik yang kembali menguat terhadap militer.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa popularitas ini bisa cepat memudar jika militer kembali terlihat terlalu aktif dalam politik domestik. Bilal Gilani, direktur eksekutif Gallup Pakistan, menyatakan bahwa dukungan yang diperoleh militer setelah konflik dengan India dapat lenyap jika para jenderal dianggap kembali campur tangan dalam urusan politik. Selain itu, militer juga menghadapi kritik atas ketidakmampuannya menangani ancaman keamanan internal, seperti serangan bom dan aksi bersenjata yang menargetkan pasukan keamanan.
Muhammad Amir Rana, direktur Pak Institute for Peace Studies, menekankan bahwa fokus Pakistan pada persiapan perang konvensional melawan India tidak cukup untuk mengatasi tantangan dalam negeri. “Menangani pemberontakan internal memerlukan strategi yang sangat berbeda, termasuk pendekatan antiterorisme yang efektif dan dialog politik yang berkelanjutan,” ujarnya.
Bagi militer Pakistan, konflik terbaru dengan India adalah momentum untuk merehabilitasi citra mereka sebagai kekuatan profesional yang melindungi negara, bukan sebagai aktor politik yang kontroversial. Namun, tantangan keamanan domestik dan ekonomi yang terus memburuk tetap menjadi batu sandungan bagi stabilitas jangka panjang Pakistan.
Sumber: international.sindonews.com