Breakingnewsbandung.com – Pada Mei 2025, harga sembilan bahan pokok (sembako), terutama sayur-mayur, mengalami penurunan dibandingkan dengan periode Idulfitri pada April 2025. Penurunan ini menyebabkan Jawa Barat mengalami deflasi setelah dua bulan berturut-turut mengalami inflasi.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus, menjelaskan bahwa deflasi pada Mei 2025 berhasil menahan laju inflasi tahunan di Jabar. Inflasi berdasarkan tahun kalender (year to date) tercatat sebesar 0,98 persen, sementara inflasi tahun ke tahun (year on year) mencapai 1,47 persen.
Komoditas yang menjadi pendorong utama deflasi antara lain cabai rawit (0,12 persen), bawang merah (0,10 persen), cabai merah (0,07 persen), daging ayam ras (0,04 persen), dan bawang putih (0,03 persen). Meski demikian, beberapa komoditas tetap mengalami kenaikan harga atau inflasi, seperti tomat (0,04 persen), emas perhiasan (0,02 persen), dan tarif pulsa ponsel (0,02 persen).
Menurut Darwis dalam keterangan persnya pada Senin (2/6/2025), deflasi juga terjadi pada tiga kelompok pengeluaran secara bulanan (month to month). Kelompok tersebut adalah makanan, minuman, dan tembakau (1,14 persen), transportasi (0,25 persen), serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,01 persen). “Penurunan harga makanan usai Lebaran dan normalisasi tarif transportasi menjadi faktor utama deflasi. Namun, kenaikan tarif pulsa ponsel mendorong inflasi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,29 persen,” tambahnya.
Secara regional, seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat mengalami deflasi pada Mei 2025. Kota Bekasi mencatat deflasi tertinggi sebesar 0,46 persen, diikuti oleh Kabupaten Bandung dengan 0,37 persen. Sementara itu, Kota Tasikmalaya mencatat deflasi terendah, yakni hanya 0,01 persen.
Sumber: Humas Jabar