Breakingnewsbandung.com – Pergeseran besar pasukan militer Amerika Serikat (AS) ke kawasan Timur Tengah menandai eskalasi baru dalam konflik antara Iran dan Israel penjajah. Langkah ini memicu spekulasi apakah Washington akan terlibat secara langsung dalam perang regional.
Dalam empat hari terakhir, sebanyak 52 pesawat militer AS tercatat melintasi wilayah Mediterania timur menuju Timur Tengah. Sebanyak 25 di antaranya transit di Bandara Chania, Pulau Kreta, Yunani — jumlah yang meningkat drastis dibanding awal bulan Juni. Menurut analisis Forbes McKenzie, pendiri McKenzie Intelligence, hal ini menunjukkan bahwa AS tengah membangun kapasitas tempur yang belum pernah ada sebelumnya di kawasan tersebut.
Dari total pesawat yang terdeteksi, terdapat 32 unit pesawat angkut untuk logistik dan pasukan, 18 pesawat pengisi bahan bakar udara, dan 2 pesawat pengintaian. Adapun pesawat tempur siluman seperti F-22 Raptor dan F-35 tidak termasuk karena sengaja tidak menyalakan transponder pelacak.
F-22 dan F-35: Bergerak Senyap Menuju Zona Konflik
Data lalu lintas udara pada Rabu, 18 Juni 2025, mencatat beberapa F-22 Raptors terlihat melintasi Atlantik, sementara 12 unit F-35 dikonfirmasi berangkat dari pangkalan udara Inggris menuju Timur Tengah. Selain itu, pesawat angkut C-17A Globemaster III dan C-130 Hercules juga terpantau mendarat di Bandara Prestwick, Skotlandia, salah satunya datang dari Yordania via Jerman.
Informasi ini mengindikasikan bahwa AS telah mulai mengaktifkan jalur logistik strategis untuk mendistribusikan personel dan perlengkapan tempur secara sistematis ke zona konflik.
Presiden Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan penggunaan bom GBU-57 “Bunker Buster”, sebuah bom non-nuklir berbobot 30.000 pon, untuk menyerang fasilitas nuklir Fordow yang berada di bawah gunung.
“Bom ini dirancang khusus untuk menghancurkan target yang sangat dalam di bawah tanah,” jelas Forbes McKenzie. “Ini satu-satunya senjata konvensional yang mampu menembus bunker-bunker Iran.”
Meskipun Israel penjajah telah melakukan serangan ke sejumlah pangkalan rudal Iran di bagian barat negara itu, para analis menyebut hanya AS yang memiliki kapasitas operasional dan logistik jangka panjang untuk melaksanakan misi penghancuran nuklir secara penuh.
Dari 52 pesawat AS yang terdeteksi di Mediterania, sebanyak 18 di antaranya merupakan pesawat pengisi bahan bakar udara. Menurut analis Sky News, Sean Bell, keberadaan pesawat-pesawat ini sangat krusial karena jarak antara Israel dan target utama di Iran mencapai hampir 1.500 km. Tanpa dukungan pengisian bahan bakar di udara, pesawat tempur tidak akan mampu menjangkau target dan kembali ke pangkalan asal.
Keterlibatan AS dalam operasi semacam ini memungkinkan pesawat Israel penjajah membawa amunisi berat seperti bom penghancur bunker, sehingga meningkatkan efektivitas serangan terhadap infrastruktur rahasia Iran.
Imbas Serangan Israel: Iran Pindahkan Operasional ke Wilayah Tengah
Serangan bertubi-tubi oleh Israel penjajah terhadap pangkalan rudal di wilayah barat Iran memaksa Teheran memindahkan pusat operasinya ke daerah tengah seperti Isfahan. Hal ini memperpanjang garis pertahanan dan membuat Iran lebih rentan terhadap serangan udara jarak jauh.
Namun demikian, Iran masih memiliki rudal Sijjil-1 berbahan bakar padat, satu-satunya rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 1.500 km yang dapat menjangkau Israel penjajah. Rudal ini dinyatakan telah ditembakkan untuk pertama kalinya pada 18 Juni 2025.
Serangan Rudal Iran: Rumah Sakit dan Gedung Pemerintah Terkena Dampak
Sejumlah serangan rudal Iran telah menewaskan 24 warga Israel penjajah dan melukai ratusan lainnya. Bahkan markas Kementerian Pertahanan di Tel Aviv nyaris terkena serangan langsung.
Menurut Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sasaran mereka adalah pusat pelatihan siber IDF di dekat taman teknologi. Namun fakta di lapangan menunjukkan rudal justru mengenai atap rumah sakit Soroka Medical Center di Beersheba, melukai lebih dari 70 orang.
Senator Chris Van Hollen (Partai Demokrat) menuduh PM Israel Benjamin Netanyahu berusaha menyeret AS ke dalam konflik bersenjata dengan Iran. “Netanyahu selalu ingin menarik Amerika Serikat ke dalam perang dengan Iran,” katanya.
Sementara Senator Tim Kaine tengah menggagas resolusi yang mewajibkan persetujuan Kongres sebelum Presiden Trump dapat mengerahkan pasukan militer ke Iran. Namun tokoh Partai Demokrat lain seperti Chuck Schumer belum menyatakan sikap, dengan menekankan pentingnya mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
Netanyahu: Kami Bisa Menang Tanpa Amerika
Meski sinyal keterlibatan AS semakin kuat, Perdana Menteri Israel penjajah tetap percaya diri. “Kami akan mencapai semua tujuan kami dan menyerang semua fasilitas nuklir Iran,” ujar Netanyahu. “Kami memiliki kemampuan untuk melakukannya sendiri,” tambahnya.
Namun analis McKenzie meragukan kemampuan operasional jangka panjang Israel penjajah. “Mereka hanya punya sebatas bahan bakar dan amunisi. Amerika bisa menjaga ritme operasi untuk waktu yang lebih lama,” pungkasnya.
Sumber: pikiran-rakyat.com