Cirebon – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Cirebon semakin merebak. Kondisi ini membuat para peternak, seperti Tukijan, seorang peternak sapi dari Kecamatan Gebang, merugi besar akibat penurunan drastis harga jual ternak. Dari total 19 sapi miliknya, tujuh ekor telah terpapar PMK.
Menurut Tukijan, penyebaran PMK di wilayahnya disebabkan oleh lalu lintas distribusi ternak yang tidak terkendali. Ia menyebutkan, pembeli semakin enggan membeli hewan ternak yang terpapar, sehingga harga jual merosot tajam.
“Saya terpaksa mengandalkan pengobatan tradisional seperti kunyit, temulawak, jahe, asam jawa, dan gula merah untuk mengobati sapi-sapi saya,” ujar Tukijan, Rabu (15/1/2025).
Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah minimnya lokasi karantina. Akibatnya, sapi yang terpapar PMK harus tetap berada di kandang yang sama dengan sapi sehat, meningkatkan risiko penularan.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Durahman mengungkapkan bahwa pemberian vaksin pada sapi yang sudah terpapar PMK tidak memungkinkan.
Sebagai gantinya, pihaknya hanya dapat memberikan vitamin dan antibiotik, serta melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin di kandang ternak.
“Sampai kemarin, tercatat 38 sapi di Kabupaten Cirebon terpapar PMK dalam kategori ringan. Dokter hewan kami terus mendampingi para peternak agar ternak mereka tetap sehat,” ujar Durahman.
Durahman juga menjelaskan bahwa penyebaran PMK dipicu oleh dua faktor utama, yakni arus lalu lintas ternak dan cuaca ekstrem. Untuk membantu mencegah penyebaran, ia menyarankan peternak menggunakan metode tradisional seperti memberikan air jeruk atau sitrun, karena virus PMK tidak tahan terhadap zat asam.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mengimbau para peternak untuk segera melapor ke petugas di Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdekat jika mendapati ternak mereka terpapar PMK agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat.