Bandung – Suasana rindang di persimpangan Jalan Bali dan Jalan Belitung menjadi pemandangan sehari-hari yang menyejukkan di Kota Bandung. Jalanan ini masih dihiasi dengan pepohonan yang kokoh berdiri, sehingga cocok dibuat tempat nongkrong sejumlah anak muda untuk sekedar bercengkrama bersama kawan-kawannya.
Tepat di persimpangan jalan itu, terdapat satu area taman yang begitu kesohor karena eksistensinya. Namanya adalah Taman Musik Centrum yang menjadi penanda jika Bandung adalah kota dengan kiblat musik di Indonesia.
Diresmikan Pemkot Bandung pada Maret 2014, taman ini sempat menjadi oase untuk para musisi-musisi berlabel indie di Bandung. Tak hanya gigs sederhana yang digalakkan, tapi para pecinta musik di tahun itu kerap berkumpul untuk saling bertukar ide dan gagasan demi bisa berkarir hingga terkenal.
Tapi sayang, kini kondisi Taman Musik seakan sudah terlupakan. Bising arena konser sekarang-sekarang sudah tak terdengar lagi entah alasannya kenapa.
Padahal, dengan luas sekitar 4.200 meter persegi, Taman Musik menjadi arena yang amat memadai untuk digunakan sejumlah band-band berlabel indie. Panggung terletak di tengah-tengah taman, sedangkan penonton bisa menyaksikan pertunjukan musik di pelataran, atau bahkan bisa ikut larut moshing dan bergoyang di tengah area taman.
Yusuf, salah seorang pedagang sekitar bercerita bahwa acara konser sudah lama tak terdengar lagi di Taman Musik. Taman itu pun akhir-akhir ini paling kerap digunakan sejumlah orang yang menggelar acaranya, atau dijadikan tempat untuk nonton bareng (nobar) Persib Bandung.
“Sudah hampir enggak ada lagi konser musik mah. Paling digunakan untuk beberapa event, atau nobar Persib aja,” ucapnya, Sabtu (18/1/2025).
Tak hanya itu saja, sejumlah fasilitas di Taman Musik juga seakan sudah lama terbengkalai tanpa mendapatkan perawatan. Dindingnya sudah banyak yang keropos, kemudian ornamen gitar berwarna merah sudah terlihat begitu kusam, belum lagi sejumlah coretan vandalisme yang merusak keindahan.
Padahal ketika Taman Musik ramai dengan acara musiknya, Yusuf mengaku ikut terbantu dengan kondisi itu. Sebab biasanya, ia bisa hingga larut malam berjaga dan dagangannya berupa kopi maupun snack lainnya akan laris diburu pengunjung yang datang.
“Kalau dulu mah iyah, ke dagangan juga Alhamdulillah. Tapi sekarang mah paling ngandelin dari anak sekolah yang jajan, sama kalau Malam Minggu gini banyak anak muda yang nongkrong,” katanya.
Meski penerangan di Taman Musik masih berfungsi normal, tapi area publik itu sekarang seolah sudah kehilangan ruhnya. Mengakhiri perbincangan dengan detikJabar, Yusuf berharap ada campur tangan dari pemerintah supaya area tersebut bisa kembali ramai seperti dulu.
“Lebar soalnya kalau enggak dimanfaatin. Mudah-mudahan bisa ramai lagi kayak dulu,” pungkasnya.