Jakarta – Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menyoroti ketimpangan distribusi galon air minum dalam kemasan (AMDK) oleh produsen multinasional AMDK terbesar di Indonesia. Menurut Ketua KKI, David
Tobing, masyarakat kelas bawah lebih rentan terpapar bisfenol A (BPA) karena mendapatkan galon polikarbonat yang mengandung zat berbahaya tersebut, sementara galon berbahan PET yang bebas BPA justru lebih banyak didistribusikan ke kelas menengah dan atas.
Dari sini kami mungkin bisa jelaskan hal yang diskriminatif. Ada satu produk yang menggunakan dua galon. Satu yang mengandung BPA, satu lagi tidak mengandung BPA. Kasihannya, yang BPA masih disebar di perkampungan-perkampungan atau di daerah yang nggak dianggap.
Senada, Pakar Polimer Universitas Indonesia Prof Dr Mochamad Chalid, SSi, MScEng mengatakan bagi masyarakat yang saat ini mulai sadar akan risiko bahaya BPA pada galon berbahan polikarbonat, sudah saatnya untuk mencoba galon BPA free atau sekali pakai.
“Kalau kita biasa pakai yang ulang-ulang, mengapa tidak migrasi ke yang sekali pakai? Untuk keselamatan kita ya. Nanti sampahnya gimana? Sudah ada offtaker yang ngambil di situ,” kata prof Chalid.
Prof Chalid juga telah melakukan penelitian terkait sampah galon sekali pakai bersama kelompok akademisi Universitas Indonesia (UI). Mereka telah melakukan audit di Sungai Ciliwung dari wilayah Bogor hingga Jakarta.
Hasilnya, mereka tidak menemukan adanya sampah plastik PET (Polietilena tereftalat) yang berbasis galon di tempat tersebut.
Hal ini karena produsen sudah lebih baik dalam membentuk ekonomi sirkular. Prosedur tersebut dilakukan untuk melakukan antisipasi penumpukan sampah yang selama ini dikhawatirkan.
Dikutip dari : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7777280/kki-sebut-masyarakat-kelas-bawah-paling-rentan-terpapar-bpa-di-galon-guna-ulang