Breakingnewsbandung.com – Konflik antara Israel dan pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas, telah berlangsung selama 501 hari sejak operasi darat militer Israel diluncurkan ke Jalur Gaza hingga meluas ke Tepi Barat yang diduduki. Berikut adalah rangkuman peristiwa penting dalam 24 jam terakhir, dikutip dari laporan Al Jazeera:
Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan pembentukan badan pemerintah untuk memfasilitasi “keberangkatan sukarela” warga Palestina dari Gaza. Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari upaya mendorong rencana pembersihan etnis yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa militer sedang bersiap untuk menerima jenazah empat tawanan yang dibawa ke Gaza pada hari Kamis sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Di sisi lain, militer Israel juga mulai menarik sejumlah pasukannya dari Lebanon, meskipun akan tetap berada di lima “titik strategis” di wilayah selatan negara tersebut. Penarikan ini melewati batas waktu penuh yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa warga Palestina akibat perang di Gaza telah mencapai 48.271 orang, dengan 111.693 lainnya terluka. Kantor Media Pemerintah Palestina bahkan memperbarui angka korban tewas menjadi setidaknya 61.709 orang, termasuk ribuan warga yang hilang di bawah reruntuhan dan kini diduga tewas. Di sisi Israel, serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan setidaknya 1.139 orang, dan lebih dari 200 orang masih ditahan sebagai sandera.
UNRWA Tetap Bertahan di Gaza Meski Menghadapi Tantangan Besar
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan komitmennya untuk terus memenuhi mandat organisasi tersebut meskipun menghadapi risiko besar dan lingkungan operasional yang semakin tidak bersahabat. Dalam pidatonya di Kairo pada hari Senin, Lazzarini menjelaskan bahwa UNRWA terus beroperasi di Gaza setelah otoritas Israel mengusir staf internasionalnya dari Israel dan Tepi Barat yang diduduki menyusul pemberlakuan undang-undang yang melarang keberadaan badan tersebut.
“UNRWA kini menghadapi tantangan operasional yang signifikan,” kata Lazzarini. Namun, ia menegaskan bahwa “keberanian dan komitmen staf Palestina kami telah memungkinkan sekolah dan klinik kesehatan UNRWA tetap buka” di Tepi Barat yang diduduki. Meskipun tim inti staf internasional tetap berada di Gaza, Israel tidak lagi memfasilitasi masuk dan keluar mereka melalui penyeberangan Karim Abu Salem.
“Tidak jelas sejauh mana kemampuan kami untuk beroperasi akan dibatasi lebih lanjut oleh larangan kontak antara perwakilan UNRWA dan pejabat Israel,” tambah Lazzarini. Ia menegaskan bahwa lembaga ini akan tetap menjalankan tugasnya sampai ada halangan yang tak terhindarkan.
“Kami akan melakukan ini meskipun ada risiko besar bagi staf kami dalam lingkungan operasional yang semakin tidak bersahabat,” imbuhnya.
Pesan Mendesak dari Tawanan yang Dibebaskan
Iair Horn, seorang warga negara Israel-Argentina yang dibebaskan dari tahanan Hamas pada hari Sabtu, mengeluarkan pesan video mendesak pembebasan segera para tawanan yang masih berada di Gaza. Dalam pesannya, yang ditayangkan di sebuah rapat umum di Tel Aviv, Horn berkata: “Saya ada di sana. Saya berada di terowongan Hamas. Saya mengalaminya secara langsung, dan saya katakan kepada Anda, para sandera tidak punya waktu.”
Horn, yang saudaranya, Eitan, masih berada di Gaza, menambahkan: “Kita tidak punya waktu. Mereka harus segera dibawa pulang… Bawa kembali saudara saya dan semua sandera.”
Drone Israel Sebarkan Pesan Ancaman di Gaza Meski Ada Gencatan Senjata
Maha Hussaini, direktur strategi di The Euro-Med Human Rights Monitor, melaporkan bahwa pesawat tanpa awak (drone) Israel terbang pada ketinggian rendah di atas Kota Gaza bagian tengah dan timur, menyebarkan pesan-pesan yang mengintimidasi. Pesan yang direkam tersebut mengancam penduduk dan merujuk pada “Nakba kedua dan ketiga,” mengacu pada pembersihan etnis warga Palestina dari tanah mereka ketika Israel didirikan pada tahun 1948.