Breakingnewsbandung.com – GAZA | Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) untuk wilayah Palestina yang diduduki, Jonathan Whittall, menyampaikan laporan yang sangat memilukan terkait kondisi warga sipil di Jalur Gaza. Ia menyebut bahwa pembunuhan terhadap rakyat Palestina kini tidak hanya terjadi secara langsung dalam serangan udara atau darat, tetapi juga melalui kelaparan dan penghancuran sistem hidup mereka secara bertahap.
“Warga Gaza dibunuh secara perlahan karena hanya mencoba bertahan hidup. Dunia mungkin sedang sibuk dengan konflik lain, tapi di sini setiap hari ada korban baru,” ujar Whittall dalam konferensi pers dari Gaza, Minggu (22/6/2025).
Ia menjelaskan bahwa sejak pelonggaran blokade parsial lebih dari sebulan lalu, lebih dari 400 warga Palestina tewas saat berusaha mengakses bantuan makanan yang disalurkan oleh lembaga kemanusiaan internasional. Banyak dari korban justru ditembak di dekat titik distribusi bantuan yang dikontrol militer Israel dan Amerika Serikat.
Whittall menyebutkan bahwa fasilitas medis di Gaza telah kolaps total . Rumah Sakit Nasser, salah satu yang masih beroperasi, penuh sesak dan kekurangan pasokan dasar seperti bahan bakar dan obat-obatan. Pasien dirawat di lorong-lorong rumah sakit, sementara ambulans tak bisa menjangkau banyak lokasi akibat tembakan dan zona larangan masuk.
Dalam insiden beberapa hari sebelumnya, tank Israel menembaki kerumunan warga yang antre di lokasi distribusi bantuan hingga menewaskan sekitar 60 orang dan melukai ratusan lainnya. Whittall juga mengungkap adanya geng bersenjata yang membunuh korban luka di sekitar posisi militer Israel.
Sistem kesehatan di Gaza, tambahnya, sudah di ambang kehancuran. Selain minimnya bahan bakar untuk generator rumah sakit, banyak infrastruktur vital—seperti sumur air dan pipa distribusi—telah rusak parah atau berada di zona militer yang sulit diakses.
“Anak-anak harus mengantre berjam-jam demi segalon air yang bahkan belum tentu datang,” tuturnya.
Data UNICEF menunjukkan lebih dari 110 anak Palestina dirawat setiap hari akibat malnutrisi sejak awal tahun ini. Makanan yang berhasil masuk pun kerap dijarah oleh kelompok kriminal atau direbut paksa dari tangan warga sipil.
Whittall menegaskan bahwa apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar efek samping konflik, tetapi bagian dari pemusnahan sistematis atas kehidupan warga Palestina . Ia menyebut hal ini sebagai “pembantaian gerak lambat” yang dilakukan melalui kelaparan, pengeboman infrastruktur, dan pelanggaran prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional.
“Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki tanggung jawab hukum untuk melindungi warga sipil. Tapi faktanya, mereka justru menghancurkan segala sesuatu yang menopang kehidupan manusia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Whittall menyerukan perlunya akuntabilitas internasional terhadap kejahatan perang yang terus terjadi di Gaza. Ia mengecam dunia internasional yang dinilai diam meski jelas-jelas terjadi pemusnahan terhadap populasi sipil.
Sejak 7 Oktober 2023, operasi militer Israel yang didukung AS telah menewaskan atau melukai lebih dari 187.000 warga Palestina , mayoritas wanita dan anak-anak. Ribuan orang hilang, sementara puluhan ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat pemboman dan ancaman kelaparan.
Sumber: indo.palinfo.com