Bandung – Persediaan kopi di rumah sudah habis. Bustan yang merupakan warga Cileunyi, Kabupaten Bandung harus bergegas membeli kopi, karena kopi sudah menjadi minuman wajib dikala pagi dan malam hari.
Hujan rintik-rintik terjadi di wilayah Bandung Timur, sekitar 8-10 KM perjalanan harus ditempuh Bustan untuk membeli kopi yang diinginkannya. Pria berumur 27 tahun itu, membeli kopi ke tempat suplier kopi yang ada di kawasan Jalan Golf Arcamanik, Kota Bandung yakni Cikopi Mang Eko.
Meski harus hujan-hujanan dan menempuh 30 menit perjalanan, Bustan sebut hal itu sudah biasa karena dia sudah berlangganan kopi di tempat tersebut. Hal ini karena biji kopi yang di jual di tempat tersebut mendadak di roasting.
Apalagi, kelebihan membeli kopi di tempat tersebut banyak pilihan dan Bustan bisa menyeduh kopi sendiri dengan peralatan yang disediakan, tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam karena bayar seikhlasnya.
“Iya suka beli ke sini, sering, karena saya suka kopi. Biasanya saya bikin javanese diseduh di rumah,” kata Bustan kepada detikJabar.
Tak hanya membeli kopi, Bustan juga mendapatkan banyak ilmu gratis tentang kopi dari Owner Cikopi Mang Eko yakni Muhtar Koswara.
“Enak banyak ilmu, Mang Eko-nya gak pelit juga, sering sharing ilmu, suka kopi sudah 10 tahunan. Kalau kopi sobek suka ada efek sakit lambung, makannya pindah ke kopi seduh, minum kopi tiga kali sehari, pagi dan malam,” ujar Bustan.
Owner Cikopi Mang Eko yakni Muhtar Koswara mengatakan, meski pembeli kopi yang menyeduh kopi di tempatnya tidak dipatok dalam pembayaran, Muhtar Koswara atau karib disapa Mang Eko mengaku senang bisa berbagi dengan orang lain.
“Kebetulan saya member Barista Indonesia, jadi Barista Indonesia itu punya program ‘Ngopi sepuas mu, bayar seiklas mu,’ jadi saya terapkan di sini, jadi orang yang datang ke sini tidak hanya bisa ngopi aja, tapi bisa belajar meracik kopi. Banyak orang yang ingin belajar kopi, tapi untuk belajar itu harus ikut kelas yang harganya lumayan, kalau kesini bisa belajar segala macam dan free,” ungkap Mang Eko.
Tak hanya berdasarkan pengalamannya saja, pembeli yang datang ke tempatnya bisa belajar tentang kopi dari koleksi-koleksi buku yang ada di rumahnya.
“Kita juga di sini siapkan buku-buku tentang kopi, dari hulu ke hilir, ada 101 resep kopi bisa dibaca dan praktek juga,” tuturnya.
Selain menyeduh kopi, Mang Eko juga mengajarkan pelanggannya untuk belajar roasting kopi. Pelanggan yang serius menurut Mang Eko sampai membuka roasting kopi sendiri.
“Sangat baik (sambutan), saya sampaikan konsumen saya ajarkan roasting sampai mereka buka roastery juga sama, ada empat konsumen saya yang bikin bisnis seperti ini, tapi itu tidak berdampak penurunan omzet malah naik, kalau orang bisa anggap rugi, kalau saya enggak, matematika Allah beda, jangan terlalu mementingkan urusan dunia, harus seimbang,” jelasnya.
Mang Eko menyebut, pelayanan dan edukasi yang dilakukannya sempat viral di media sosial (medsos) sehingga banyak orang yang datang ke tempatnya.
“Lebih ke edukasi, dengan saya kasih edukasi dan saya ajarkan menyeduh yang benar secara tidak langsung mereka terikat oleh saya, ada keterkaitan, sambil ngeroasting, sambil menyeduh, sambil ngobrol dan sharing, akhirnya mereka enggak mau kemana-mana lagi, jadi pada ke sini aja, saya sudah lokal customer, banyak langganan saya bahkan sampai ada yang langganan sampai 5 tahun,” tuturnya.
Disinggung mengapa pelanggan yang menyeduh kopi di tempatnya tidak dipatok untuk pembayarannya, dan apakah Mang Eko rugi dengan pelayanan itu, Mang Eko sebut tidak.
“Bisnis saya B2B, saya supplier kafe-kafe di Bandung, saya tidak jual di minuman tapi saya betul-betul jualan biji kopi untuk mensuplai ke kafe-kafe di Bandung,” ujarnya.
Tak hanya warga Bandung dan Jawa Barat, warga Malaysia datang langsung ke tempat Mang Eko untuk merasakan pelayanannya.
“Ada dari Purwakarta, Jakarta dan ada 3 orang dari Malaysia, hingga kini berlangganan kopi, di sana mereka punya kafe dan di Malaysia mereka tidak punya kebun kopi, jadi mereka sekalian cari ilmu dan cari supplier, kebetulan karena saya kontennya viral jadi didatangi kesini. Per 40 kilogram per sekali kirim,” tuturnya.
Menurut Mang Eko, langganannya dari Malaysia lebih suka kopi yang ada di Indonesia dibandingkan kopi dari Vietnam. “Kopi yang saya jual lebih dari 20 origin dari Aceh sampai Papua, setiap origin punya rasa berbeda, setiap tempat pasti beda dan itu ciri khasnya dari Aceh sampai Papua,” ucap Eko.
Selain itu, Mang Eko juga kerap kenalkan produk kopi yang dijualnya di event pameran. Dalam waktu dekat, Mang Eko akan mengikuti pameran bersama BRI dalam kegiatan BRILIANPreneur 2025 di Jakarta.
“Event terdekat BRILIANPreneur di JCC, pameran nanti bakal dihadiri ribuan UMKM salah satunya binaan BRI,” ujar Eko.
Bagi Anda yang tertarik membeli kopi di Cikopi Mang Eko, jangan khawatir karena di tempat ini menyediakan transaksi digital yakni menggunakan merchant BRI.
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, manfaat UMKM menggunakan merchant BRI yakni lebih kekinian karena dapat menerima pembayaran secara cashless melalui EDC atau QRIS, baik untuk nasabah BRI maupun bank lain.
“Memberikan rasa aman dalam memperoleh pembayaran karena dapat menghindari pembayaran uang palsu dan lebih mudah dalam mengelola keuangan karena pembayaran secara cashless,” ujarnya.
Menurut Sadmiadi juga, transkasi menggunakan merchant BRI lebih simple karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian dan tidak perlu repot ke Bank utk menabung ke Bank karena pembayaran langsung masuk rekening.
“Manfaat untuk konsumen, lebih banyak memberikan pilihan pembayaran, lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash, pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS,” ujarnya.
“Selain itu, transaksi pembelian menjadi kekinian dan konsumen khususnya konsumen nasabah BRI dapat menikmati program promo dari merchant kerjasama BRI,” tambahnya.
Saat ini di Jawa Barat pemegang kartu BRI mencapai 7,4 juta. Menurut Sadmiadi transaksi dengan menggunakan merchant akan lebih efisien jika kartu BRI ditransaksikan pada EDC BRI. “Untuk pelaku usaha yang sudah memanfaatkan fasilitas merchant BRI lebih dari 400 ribu di Jawa Barat,” pungkasnya.