Cirebon – Salah satu makanan khas Cirebon adalah gado-gado. Di Cirebon setidaknya, ada dua jenis gado-gado, yakni gado-gado ulek dan gado-gado ayam. Pedagang gado-gado ayam, Adi mengatakan, perbedaan yang paling mencolok antara gado-gado ayam dan gado-gado ulek adalah di bagian pembuatan dan cara penyajiannya.
Jika gado-gado ulek, lanjut Adi, itu dibuat dengan cara diulek dalam cobek besar yang diisi dengan berbagai macam jenis sayuran, tanpa menggunakan kuah ayam sama sekali. Sedangkan untuk gado-gado ayam itu dibuat tidak dengan cara diulek, tetapi, langsung dicampurkan dengan kuah ayam berwarna kuning.
Untuk bahan dan proses pembuatannya, gado-gado ayam menggunakan berbagai macam bahan seperti tahu, sayuran, taoge, telur rebus, kacang panjang, kol, kentang dan telur rebus. Bahan-bahan tersebut dicampurkan dalam piring yang sudah dialasi dengan daun pisang, lalu, ditambahkan dengan sambal kacang cair, dan juga kaldu ayam panas berwarna kuning.
Sebagai topping ditambahkan juga emping, kerupuk udang, bawang goreng, dan suwiran ayam. Perpaduan berbagai macam sayuran segar, sambal kacang yang manis, ditambah dengan kaldu ayam yang sedap, menciptakan sensasi rasa gado-gado yang sedap-manis di mulut. Bagi suka pedas juga bisa ditambahkan sambal sesuai selera.
Adi sendiri sudah berjualan gado-gado ayam selama 7 tahun. Meski belum satu dekade, tetapi, ada banyak suka duka yang pernah Adi lewati. Sambil mempersiapkan gado-gado, Adi memaparkan, bahwa ia mulai berjualan sekitar tahun 2015 dengan gerobak kaki lima, seiring berjalannya waktu, Adi mulai menyewa ruko dan membuat cabang gado-gado miliknya di tempat lain.
Kala itu, Adi memiliki dua cabang gado-gado ayam, selain gado-gado ayam, Adi juga menjual ayam geprek. Menurut Adi, saat itu dirinya bisa menjual ratusan porsi gado-gado dalam sehari, dengan dibantu karyawan sebanyak 12 orang.
“Kalau dulu itu ratusan, bisa sampai 200 porsi dalam sehari, dulu dibantu juga sama 12 karyawan karena jualan chicken juga kan, ada tiga cabang, dua gado-gado, satunya geprek,” tutor Adi.
Namun, itu dulu, semenjak adanya COVID-19, penjualan gado-gado ayamnya menurun. Puncaknya pada tahun 2022, saat itu Adi memutuskan untuk berhenti berjualan. Setelah 2 tahun berhenti berjualan, bersama istrinya, Adi mencoba bangkit kembali dan mulai jualan gado-gado ayam lagi di tahun 2024.
“Berhenti pas COVID-19, ada jeda sekitar 2 tahun. Sengaja berhenti karena dampak COVID-19, ditambah rukonya juga sewanya tambah mahal, naik terus. Jadi awal berjualan mah pakai kaki lima, terus pindah ke ruko, sekarang kaki lima lagi,” tutur Adi.
Meski tidak sebanyak dahulu, di lokasinya yang baru, Adi bisa menjual sekitar 50 porsi gado-gado dalam sehari, dengan harga Rp 15.000 per porsi. Adi berharap, ke depan usaha gado-gado yang sedang ia rintis kembali, dapat lebih maju dan bisa menarik pelanggan lebih banyak lagi.
“Dulu 200 porsi sekarang 50 porsi, tapi semoga bisa lebih banyak, kan baru tiga bulan merintis juga, target sih tiga bulan ke depan bisa habis 100 porsi, sekarang pelanggan yang dulu sering beli gado-gado di ruko, mulai pada tahu juga, sebelumnya mah belum pada tahu, cuman lewat-lewat saja,” pungkas Adi.
Gado-gado ayam Pak Adi, buka dari jam 05:00 WIB pagi sampai pukul 14:00 WIB. Berlokasi di dekat ATM Mandiri Perumnas, Jalan Ciremai Raya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.