Tasikmalaya – Keberadaan Sungai Ciwulan yang membelah wilayah Tasikmalaya menyimpan potensi besar di bidang pariwisata dan olahraga. Salah satu potensi yang mulai tumbuh adalah olahraga dan wisata arung jeram.
Namun, demikian potensi besar ini belum bisa tereksploitasi secara maksimal. Arung jeram di Sungai Ciwulan belum tersedia sepanjang waktu, sehingga belum memberi banyak manfaat bagi masyarakat setempat. Selain itu sederet permasalahan masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan kalangan terkait.
“Salah satu kendala berkaitan dengan debit air Sungai Ciwulan yang terkadang surut, sehingga kegiatan arung jeram tak bisa sepanjang tahun. Di musim kemarau memang agak sulit, atau kurang menantang untuk kegiatan arung jeram,” kata Ketua FAJI Kota Tasikmalaya, Harniwan Obech, Jumat (7/2/2025).
Selain itu kendala yang dihadapi juga berkaitan dengan infrastruktur penunjang, seperti dermaga dan sarana penunjang lainnya. “Kemudian memang belum ada investor atau operator yang standby, yang ada saat ini sifatnya berdasarkan pesanan. Ketika ada klien baru bisa kita siapkan, jadi tidak ready di lokasi,” kata Harniwan.
Meski demikian kata Harniwan, kegigihan para pegiat arung jeram dan masyarakat setempat untuk menggeliatkan arung jeram Sungai Ciwulan selama ini tetap terjaga. Masyarakat selalu mendukung jika ada event arung jeram, warung-warung di tepi sungai yang menjadi check point pengarungan juga tetap bertahan.
Para pegiat arung jeram di Tasikmalaya juga punya agenda rutin tahunan untuk menjaga agar asa memanfaatkan potensi Sungai Ciwulan itu tetap hidup. “Kita punya event rutin tahunan Tasik Baseuh, setidaknya ini menjadi kegiatan yang menjaga optimisme kami, bahwa Sungai Ciwulan bisa memberi manfaat di bidang pariwisata olahraga,” kata Harniwan.
Di akhir pekan lalu, berkesempatan menjajal pengarungan jeram Sungai Ciwulan. Titik start dimulai di daerah Asta Kecamatan Kawalu. Di titik dekat jembatan ini ada dermaga sederhana yang memungkinkan untuk menurunkan perahu karet. Jarak tempuh pengarungan ini cukup jauh, sekitar 8 sampai 10 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2 sampai 3 jam.
Sejak titik start, kita langsung disuguhkan dengan pengarungan sungai yang cukup menantang. “Sekarang kondisi debit air dalam kondisi sedang, karena beberapa hari tak ada hujan. Untuk kegiatan pengarungan yang sifatnya fun, cukuplah,” kata Bani Saebani, salah seorang pegiat arung jeram Tasikmalaya.
Kondisi Sungai Ciwulan sendiri cukup bersih dari sampah, masyarakat seperti sudah sadar untuk menjaga kebersihan sungai demi mendukung tumbuhnya pariwisata sungai.
Sepanjang pengarungan, peserta disuguhkan lebih dari 10 titik arus atau jeram yang menantang. Jerit histeris penumpang perahu karet kerap kali terdengar ketika perahu melibas jeram. Soal keamanan tak usah khawatir, perahu sudah dikendalikan oleh skipper yang sudah terlatih dan bersertifikat. Selain itu peserta juga diwajibkan mengenakan rompi pelampung dan helm pelindung.
Di separuh rute pengarungan, ada satu titik peristirahatan dengan keberadaan warung-warung makanan. Lontong dan gorengan hangat, didorong oleh segelas kopi, cukup untuk mengembalikan lagi stamina yang terkuras akibat terombang-ambing di sungai.
Lepas dari check point atau rest area, pengarungan kembali berlanjut dengan titik-titik jeram yang kembali menantang, sebelum akhirnya finish di daerah Urug Kecamatan Kawalu.
Kali ini pihak operator menyediakan suguhan nasi liwet hasil olahan warung milik warga setempat. Basah-basahan sambi arung jeram di sungai tentu membuat perut keroncongan. Makan berat adalah pilihan tepat sambil membahas keseruan-keseruan yang terjadi saat pengarungan. Untuk menebus keseruan itu, pihak operator memberlakukan tarif kisaran Rp 250 sampai 300 ribu per orang.