Breakingnewsbandung.com – Ketegangan di jazirah Arab kembali memuncak setelah Israel mengancam akan melanjutkan perang di Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera pada Sabtu siang. Gencatan senjata yang telah berlangsung selama beberapa waktu terancam berakhir, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa militer akan kembali bertempur hingga Hamas “dikalahkan.”
Dalam pernyataannya pada Selasa (12/2/2024), Netanyahu menyatakan bahwa gencatan senjata akan berakhir jika Hamas gagal memenuhi ultimatum tersebut. Kelompok pejuang Palestina itu, sementara itu, tetap memperbarui komitmennya terhadap kesepakatan damai dan menuduh Israel melanggar gencatan senjata dengan membunuh tiga warga sipil Gaza akhir pekan lalu.
Pernyataan keras Netanyahu ini muncul setelah pertemuan dengan sejumlah menteri utama, termasuk Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Keamanan Nasional. Semua pihak dalam pertemuan itu dilaporkan mendukung penuh keputusan untuk memberikan ultimatum kepada Hamas.
“Jika Hamas tidak membebaskan sandera kami pada Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir, dan IDF (Angkatan Pertahanan Israel) akan kembali bertempur secara sengit hingga Hamas benar-benar dikalahkan,” tegas Netanyahu.
Namun, masih belum jelas apakah Netanyahu mengacu pada pembebasan semua sandera yang ditahan di Gaza atau hanya tiga sandera yang dijadwalkan dibebaskan pada hari Sabtu sesuai kesepakatan gencatan senjata. Sejak dimulainya konflik hampir 16 bulan lalu, Hamas secara bertahap telah membebaskan sandera sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan yang dimulai pada 19 Januari. Namun, kelompok itu menghentikan proses pembebasan lebih lanjut karena menuduh Israel melanggar kesepakatan.
Menanggapi ancaman ini, Netanyahu juga memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di sekitar Gaza. Militer Israel kemudian mengumumkan rencana untuk mengerahkan tambahan pasukan ke selatan Israel, termasuk mobilisasi pasukan cadangan.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah memberikan peringatan serupa. Ia menegaskan bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera paling lambat Sabtu, jika tidak, konsekuensinya akan menjadi “neraka.”
Seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menekankan bahwa pembebasan sandera Israel hanya dapat dilakukan jika gencatan senjata dipatuhi oleh kedua belah pihak. Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan membunuh warga sipil Gaza, menghalangi pengiriman bantuan, serta mencegah warga Gaza kembali ke wilayah utara.
“Trump harus ingat bahwa ada kesepakatan yang harus dihormati oleh kedua belah pihak, dan ini adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali para sandera (Israel),” kata Abu Zuhri.
Hingga saat ini, 16 dari 33 sandera telah dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata, yang direncanakan berlangsung selama 42 hari. Lima sandera Thailand juga berhasil dibebaskan dalam pembebasan yang tidak dijadwalkan. Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup atas tuduhan serangan mematikan.
Kelompok Israel yang mewakili keluarga sandera mendesak Netanyahu untuk tetap mematuhi perjanjian gencatan senjata. Media lokal melaporkan bahwa masih ada 76 sandera yang ditahan di Gaza, sementara lebih dari 35 orang tewas dalam konflik ini.
Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, yang turut hadir dalam pertemuan dengan Netanyahu, menegaskan bahwa jika semua sandera tidak dibebaskan pada Sabtu, perang harus dilanjutkan. Ia bahkan mengusulkan langkah ekstrem, seperti memutus pasokan air, listrik, dan bantuan ke Gaza, serta mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut.
“Hanya akan ada api dan belerang dari pesawat, artileri, tank, dan pejuang heroik kita. Akan ada pendudukan penuh di Jalur Gaza,” ancam Smotrich.
Sumber : CNN