Breakingnewsbandung.com – Pasca pembebasan tawanan AS-Israel, Edan Alexander, oleh Gaza pada Senin (12/5), Israel ternyata tidak menunjukkan niat untuk menghentikan serangan atau melakukan gencatan senjata.

Dilansir dari Al Jazeera , Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyampaikan bahwa pembebasan sandera tersebut tidak membuka peluang bagi terobosan menuju perundingan damai. Sebaliknya, Israel justru meningkatkan intensitas serangan ke Jalur Gaza.

“Sayangnya, reaksi Israel terhadap pembebasan sandera adalah melancarkan pemboman keesokan harinya, bahkan saat delegasi sedang dikirim,” ujar Al-Thani.

Ia juga menyinggung rencana distribusi bantuan kemanusiaan ke Gaza yang didukung oleh Amerika Serikat. Namun, upaya ini terhambat karena PBB menyatakan bantuan tersebut tidak dapat diterima akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel sejak 2 Maret lalu. Blokade ini memutus akses makanan, air, dan bahan bakar, sehingga memperparah kondisi kelaparan ekstrem di Gaza.

Dikutip dari The Guardian , pejabat Israel membantah tuduhan tersebut dengan alasan bahwa Hamas secara rutin mencuri dan menjual bantuan untuk mendanai operasi militernya. Israel percaya bahwa penutupan akses ini dapat memberi tekanan pada Hamas untuk membebaskan sandera yang mereka tahan.

Namun, sikap keras Israel ini berdampak fatal bagi warga sipil Gaza. Pejabat setempat melaporkan bahwa serangan udara Israel di lingkungan Jabaliya, Gaza Utara, telah menewaskan sedikitnya 80 orang, termasuk 22 anak-anak. Kondisi ini semakin memperburuk penderitaan masyarakat yang sudah hidup dalam kepungan blokade dan konflik berkepanjangan.

Sumber: jawapos.com

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version