Breakingnewsbandung.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Cilegon memberikan klarifikasi terkait dugaan meminta jatah proyek senilai Rp5 triliun tanpa tender dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Prabowo Subianto. Wakil Ketua Umum I Kadin Cilegon, Isbatullah Alibasja, menjelaskan bahwa pernyataan tersebut muncul akibat emosi salah satu pengurusnya yang kesal karena komunikasi dengan PT Chengda, kontraktor utama proyek, tidak berjalan efektif.

“Itu adalah luapan emosi dari salah satu pengurus kita yang mungkin kesal atau komunikasinya buruk hingga terjadi adu mulut. Saya menyebutnya selip lidah. Mana ada proyek sebesar Rp5 triliun tanpa tender? Itu sangat tidak masuk akal,” ujar Isbat kepada DetikFinance , Rabu (14/5).

Isbat menegaskan bahwa Kadin Cilegon sepenuhnya menyadari bahwa proyek triliunan rupiah harus melalui proses tender atau lelang sesuai aturan. Namun, pihaknya berharap ada keberpihakan kepada pengusaha lokal dalam pelaksanaan proyek tersebut.

“Kalau memang harus tender, ya ayo kita ikuti prosedur. Tapi harapan kami, pengusaha lokal juga bisa dilibatkan. Bayangkan, proyek dengan nilai investasi Rp15 triliun, masa pengusaha lokal hanya jadi penonton? Itu tidak baik. Video viral itu tidak tuntas ceritanya, yang disorot malah soal Rp5 triliun tanpa tender,” lanjutnya.

Menurut Isbat, sebelum insiden di lokasi proyek, Kadin Cilegon telah melakukan serangkaian pertemuan dengan investor proyek, yakni PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak usaha Chandra Asri Group, serta kontraktor utama seperti PT Chengda dan Total Persada. Pertemuan ini dilakukan secara persuasif untuk membahas keterlibatan pengusaha lokal.

“Sekitar satu bulan sebelum kejadian, Kadin Cilegon mengundang pihak-pihak terkait, termasuk Chandra Asri sebagai induk perusahaan, CAA sebagai anak usaha, dan kontraktor utama seperti Chengda-TOTAL Persada JO serta PT PP-Seven Gate Indonesia JO. Ada 3-4 kali pertemuan yang sudah dilakukan,” tambahnya.

Namun, setelah pertemuan tersebut, komunikasi antara pengusaha lokal dan PT Chengda mengalami kendala. Akhirnya, Kadin Cilegon memutuskan mendatangi lokasi proyek untuk melihat kondisi lapangan.

“Inisiatif kami datang ke lokasi proyek bukan untuk menghentikan pekerjaan, tetapi ingin melihat langsung situasi di lapangan. Kami ingin memastikan apa yang terjadi di sana,” tuturnya.

Di lokasi proyek milik PT Chengda, Isbat menyebutkan bahwa sudah ada beberapa pengusaha lokal dari organisasi seperti Hipmi, HIPPI, dan pengusaha lokal Cilegon. Suasana saat itu ramai dan dinilai tidak kondusif karena banyak pihak yang terlibat dalam diskusi.

“Karena situasi ramai, komunikasi menjadi tidak sehat. PT Chengda selalu mengatakan bahwa mereka tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan harus berkoordinasi dengan CAA sebagai pemilik proyek. Padahal, CAA sebelumnya sudah berjanji mendukung keterlibatan pengusaha lokal,” kata Isbat.

“Dalam kondisi seperti itulah terjadi momen ‘selip lidah’ yang kemudian viral di media sosial,” tambahnya.

Isbat menegaskan bahwa Kadin Cilegon mendukung penuh investasi di Cilegon, namun berharap agar pengusaha lokal dapat dilibatkan dalam proyek tersebut.

“Kami menyambut baik investasi ini, tapi harapan kami pengusaha lokal yang memiliki kualifikasi dan kemampuan juga diakomodir. Ini penting agar ada dampak multiplier effect dari proyek Rp15 triliun ini,” katanya.

Video yang viral menunjukkan seseorang yang mengaku sebagai perwakilan Kadin Cilegon meminta jatah proyek Rp5 triliun tanpa tender kepada perwakilan China Chengda Engineering Co., kontraktor pembangunan pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) senilai Rp15 triliun milik Chandra Asri Group.

Dalam video tersebut, perwakilan Kadin Cilegon terdengar tegas meminta jatah proyek tanpa lelang.

“Tanpa ada lelang! Porsinya harus jelas, tanpa ada lelang Rp5 triliun untuk Kadin, Rp3 triliun untuk Kadin,” ucapnya dengan nada tinggi.

Sumber: cnnindonesia.com

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version