Breakingnewsbandung.com – Agensi Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa pasukan Israel setidaknya membunuh 36 warga Palestina pada Sabtu (7/6/2025), termasuk enam orang yang tewas dalam insiden penembakan di dekat pusat distribusi bantuan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS). Insiden ini terjadi di distrik selatan Rafah , di mana pusat bantuan tersebut dikelola oleh Gaza Humanitarian Fund (GHF) .
Peristiwa mematikan ini terjadi tak lama setelah pusat bantuan GHF melanjutkan operasi distribusinya, menyusul penangguhan singkat akibat insiden serupa yang merenggut korban jiwa awal pekan ini. Sementara itu, sebuah kapal bantuan internasional yang membawa 12 aktivis, termasuk pegiat iklim Swedia Greta Thunberg , dilaporkan mendekati Gaza. Misi mereka adalah menyoroti penderitaan warga Palestina di tengah blokade Israel yang hanya sedikit dilonggarkan.
Menurut juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal , kepada AFP , sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat, enam orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat tembakan pasukan Israel di dekat Bundaran Al-Alam . Warga Gaza telah berkumpul di bundaran tersebut hampir setiap hari sejak akhir Mei untuk mengambil bantuan kemanusiaan dari pusat bantuan GHF yang berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi.
Di sisi lain, militer Israel mengklaim kepada AFP bahwa pasukannya hanya melepaskan “tembakan peringatan” terhadap individu-individu yang mereka anggap “bergerak maju dengan cara yang membahayakan pasukan.”
Samir Abu Hadid , salah satu saksi mata di lokasi, menceritakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di dekat bundaran. “Begitu beberapa orang mencoba maju ke arah pusat bantuan, pasukan pendudukan Israel melepaskan tembakan dari kendaraan lapis baja yang ditempatkan di dekat pusat tersebut. Awalnya mereka menembak ke udara, kemudian mengarahkan tembakan langsung ke arah warga sipil,” ujarnya.
GHF , yang secara resmi merupakan inisiatif swasta dengan pendanaan yang tidak transparan, mulai beroperasi pada akhir Mei lalu ketika Israel sebagian melonggarkan blokade bantuan yang telah berlangsung lebih dari dua bulan di wilayah tersebut. Namun, badan-badan PBB dan kelompok bantuan utama untuk Gaza menolak bekerja sama dengan GHF, dengan alasan kekhawatiran bahwa badan tersebut melayani agenda militer Israel.
Israel semakin mendapat kecaman internasional atas situasi kemanusiaan yang mengerikan di wilayah Palestina. Pada Mei lalu, PBB memperingatkan bahwa seluruh populasi Gaza berisiko mengalami kelaparan akibat blokade yang diberlakukan.
Pada Sabtu (7/6/2025), kapal bantuan bernama Madleen , yang diorganisir oleh koalisi aktivis internasional, berlayar menuju Gaza dengan tujuan untuk menerobos blokade angkatan laut Israel dan mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut.
“Kami sekarang berlayar di lepas pantai Mesir,” kata aktivis hak asasi manusia Jerman, Yasemin Acar , kepada AFP . “Kami semua baik-baik saja,” tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan dari London, Komite Internasional untuk Memutus Pengepungan Gaza , sebuah organisasi anggota koalisi flotilla, mengonfirmasi bahwa kapal tersebut telah memasuki perairan Mesir. Kelompok ini menyatakan tetap menjalin kontak dengan badan hukum internasional dan hak asasi manusia untuk memastikan keselamatan para aktivis di dalam kapal. Mereka juga memperingatkan bahwa setiap upaya penyadapan terhadap kapal akan merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional.
Sumber: cnnindonesia.com