Breakingnewsbandung.com – Seorang dokter asal Inggris, Dr. Victoria Rose , yang bertugas di Gaza, Palestina, mengungkapkan kesaksiannya terkait situasi mencekam di wilayah tersebut. Menurutnya, selama berada di Gaza, ia tidak pernah melihat seorang pun membawa senjata kecuali militer Israel (IDF). Dalam wawancaranya dengan Arab News , Victoria menegaskan bahwa warga Palestina di Gaza dipaksa hidup dalam kondisi yang memilukan di tengah serangan dan pengeboman oleh militer Israel.

Rumah sakit-rumah sakit di Gaza, yang seharusnya dilindungi berdasarkan hukum internasional, juga menjadi sasaran serangan Israel sejak eskalasi konflik pada Oktober 2023. Militer Israel kerap mengklaim bahwa pejuang Hamas menggunakan rumah sakit sebagai tempat bersembunyi. Namun, Victoria dengan tegas membantah klaim tersebut.

“Saya tidak pernah merawat atau melihat siapa pun di rumah sakit mana pun tempat saya bekerja berseragam militer atau bersenjata. Satu-satunya orang yang pernah saya lihat di Gaza berseragam militer dan bersenjata adalah IDF,” ungkapnya.

Victoria juga menyoroti penderitaan tenaga medis di Gaza, yang sering kali menjadi korban serangan meskipun mereka dilindungi hukum internasional. “Banyak rekan Palestina saya mengatakan kepada saya bahwa mereka lebih baik mati daripada terus melanjutkan perang ini,” katanya dengan nada prihatin.

Selain ancaman kekerasan, krisis kesehatan dan pangan di Gaza semakin memperburuk kondisi warga sipil. Kekurangan gizi menjadi masalah serius, terutama di kalangan anak-anak. “Angka infeksi meningkat tajam. Kami melihat banyak kematian yang seharusnya dapat dihindari. Banyak anak kecil meninggal karena sepsis yang bisa dicegah jika hal itu terjadi di negara-negara Barat,” tambahnya.

Situasi di Gaza dinilai jauh lebih buruk dari neraka di bumi, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric . “Kemanusiaan sedang gagal di Gaza. Kita tidak bisa terus melihat apa yang terjadi,” ujarnya. ICRC saat ini memiliki sekitar 300 staf di Gaza yang berupaya membantu warga yang terdampak genosida.

Spoljaric menambahkan bahwa rumah sakit yang dikelola ICRC di Rafah telah dibanjiri korban dalam beberapa hari terakhir. Saksi mata melaporkan bahwa militer Israel menembaki kerumunan warga Palestina yang mencoba mendapatkan bantuan pangan, yang sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup.

“Situasi di wilayah tersebut melampaui standar hukum, moral, dan kemanusiaan yang dapat diterima. Fakta bahwa kita menyaksikan suatu bangsa dilucuti sepenuhnya dari martabat kemanusiaannya seharusnya benar-benar mengejutkan hati nurani kolektif kita,” tegasnya.

Lebih lanjut, Spoljaric mendesak para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan lebih nyata guna mengakhiri penderitaan warga Palestina di Gaza. “Konsekuensinya akan menghantui mereka dan sampai ke rumah mereka,” katanya.

Sejak serangan besar-besaran pada Oktober 2023, Israel telah menyebabkan 54.927 warga Palestina meninggal dunia , 126.615 lainnya terluka , dan 11.000 orang dinyatakan hilang .

Sumber: pikiran-rakyat.com

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version