breakingnewsbandung.com – GAZA | Hamas dilaporkan telah membunuh setidaknya 50 anggota milisi Palestina yang didukung dan dipersenjatai oleh Israel. Kelompok bersenjata ini, yang dikenal sebagai Anti-Terror Service atau Popular Forces , dipimpin oleh Yasser Abu Shabab, seorang tokoh yang sebelumnya pernah dipenjara oleh Hamas karena tuduhan terlibat perdagangan narkoba. Ia kabur dari penjara saat pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan The Guardian (11/6/2025), bentrokan sengit terjadi antara kelompok Hamas dan milisi Abu Shabab di Rafah pada Selasa dini hari. Milisi tersebut mengklaim bahwa mereka mendapat persenjataan dari Israel untuk menjaga keamanan distribusi bantuan kemanusiaan melalui perbatasan Kerem Shalom.
Dalam pernyataan resmi, milisi Abu Shabab menyebut Hamas telah menewaskan lebih dari 50 anggotanya, termasuk kerabat dekat Abu Shabab, saat mereka sedang menjaga konvoi bantuan. Mereka juga mengklaim telah membersihkan area dari bahan peledak, meski disertai jatuhnya korban di pihak mereka.
Pernyataan militer Israel sebelumnya mengakui adanya aliran senjata ke kelompok ini sebagai bagian dari strategi “melemahkan Hamas”. Bahkan, drone Israel dilaporkan turut campur tangan dalam serangan yang ditujukan untuk melindungi milisi Abu Shabab.
Hamas mengecam keras kelompok tersebut dan menyebut mereka sebagai pengkhianat. Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan akan terus memburu para anggota milisi tersebut hingga berhasil dihabisi, meskipun Israel memberikan perlindungan.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa keterlibatan Israel dalam mempersenjatai kelompok lokal seperti Popular Forces berpotensi memicu konflik internal atau bahkan perang saudara di Gaza, di tengah kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk.
Hingga kini, militer Israel belum memberikan komentar resmi atas klaim pembunuhan massal tersebut. Sementara itu, situasi di Rafah tetap dalam ketegangan tinggi dengan ancaman eskalasi lebih lanjut.
Sumber: metrotvnews.com